Bagian atas pangkal akar cabang primer umumnya muncul di permukaan tanah, kemudian kedalaman masuknya akar tersebut berkisar 10-50 cm di bawah permukaan tanah. Pangkal akar yang keluar di permukaan tanah umumnya memiliki karakter kaku dan kasar, memiliki garis keabu-abuan dan terdapat bintik-bintik hitam. Cabang akar sekunder dan tersier memiliki permukaan yang relatif halus dengan warna coklat muda, sedangkan akar kecil yang berupa akar kuartener dan akar rambut memiliki sifat permukaan halus berwarna putih kekuningan. Selain sebagian akar primer yang muncul di permukaan tanah, semua akar lainnya berada di bawah tanah atau di bawah akar permukaan tanah. Akar cabang-cabang baik primer, sekunder, maupun tersier semuanya berperan untuk menyangga tajuk tanaman cengkeh hutan agar dapat berdiri kokoh tidak mudah roboh. Fungsi penyangga dari sistem perakaran ini membuat tanaman cengkeh hutan tahan terhadap terpaan angin kencang atau badai. [18] menyatakan bahwa akar tanaman merupakan bagian terpenting dalam beradaptasi dengan lingkungannya sekaligus sebagai alat penyangga batang yang tegak agar pohon tidak mudah tumbang akibat desakan massa tanah, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan akar pohon dalam meningkatkan kuat geser tanah diperkirakan dengan mengukur kerapatan panjang akar. Begitu pula dengan kemampuan tanaman untuk bertahan hidup di lahan kering (marginal) dikarenakan arsitektur akar yang terbentuk seperti kedalaman akar dan penyebaran akar lateral disertai bulu-bulu akar yang tumbuh dan berkembang lebih kecil.
Batang tanaman cengkeh hutan pada umumnya berbentuk bulat, silindris, aktinomorfik, artinya semuanya bersilangan Bagian batang dapat dibagi menjadi dua bagian yang sama atau hampir sama. Batang cengkeh hutan yang diamati memiliki diameter berkisar 12,5-25,5 cm pada umur tanaman 10-15 tahun. Artinya setiap tahun tanaman cengkeh hutan dapat mengalami pertambahan diameter 1,3-1,7 cm atau sekitar 1,1 mm per bulan. Diameter batang cengkeh hutan yang mencapai ukuran 25 cm mampu menopang tinggi pohon tanaman yang berkisar 6,5-8,0 m.
Tanaman cengkeh hutan memiliki daun yang berbentuk lonjong dan pangkal daunnya runcing. Panjang daun tanaman cengkeh hutan berkisar antara 15-25,5 cm dan lebar 5,5-9,5 cm. Hasil perhitungan faktor koreksi untuk menentukan luas daun adalah 0,65. Dengan faktor koreksi tersebut, luas daun tanaman cengkeh hutan berkisar antara 53,63-157,46 cm2. Hasil penelitian [19] menemukan bahwa bibit tanaman cengkeh aromatik Zansibar yang diberi pemupukan NPK 2,5 gram per tanaman memperoleh luas daun sebesar 21,56 cm2. Jika luas tersebut dibandingkan dengan luas daun tanaman cengkeh hutan yang tidak diberi perlakuan apapun, luas daun tanaman cengkeh hutan sekitar 2,5-7 kali lebih besar dibandingkan dengan daun cengkeh aromatik. Luas daun yang besar tersebut mampu menjalankan fungsi fisiologis fotosintesis secara optimal, paling tidak jumlah hasil fotosintesis berupa fotosintat yang dihasilkan mencapai perbandingan tersebut, yakni 2,5-7 kali lebih besar jika dibandingkan dengan fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman cengkeh aromatik. [16] mengemukakan bahwa daun tanaman berperan penting dalam menjalankan fungsi fotosintesis dalam mengubah energi matahari menjadi energi kimia untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Laju asimilasi netto tanaman pada umumnya berbanding lurus dengan lebar daun tanaman. [18] menyatakan bahwa fotosintesis pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas daun, jumlah klorofil, dan faktor lingkungan. Luas daun berhubungan dengan kapasitas penyerapan cahaya. Cahaya yang diserap daun digunakan untuk sintesis klorofil yang kemudian diubah menjadi energi kimia dalam proses fotosintesis. Daun tanaman cengkih hutan berwarna hijau tua (139 A hijau), warna daun hijau menjelaskan tentang kandungan zat hijau daun (klorofil) yang terdapat pada tumbuhan. Zat hijau daun ini merupakan senyawa yang berperan dalam menangkap energi radiasi matahari dalam serangkaian proses fotosintesis. Hal itulah yang menyebabkan daun memegang peranan penting dalam kehidupan suatu tumbuhan. Begitu pula dengan tumbuhan cengkeh hutan. Klorofil memiliki fungsi utama dalam fotosintesis yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu CO2 fiksasi untuk menghasilkan karbohidrat dan menyediakan energi. Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya. Ciri lain dari daun tanaman cengkeh hutan adalah tidak terdapat alur pada tangkai daun, sudut tangkai daun runcing (<45o) dengan tepi daun rata dan tangkai daun hanya terdiri dari satu tangkai. Relief daun datar, permukaan atas daun tumpul, ujung daun agak keras, tekstur daun kuat dengan aroma daun lemah. Aroma daun lemah ini disebabkan tanaman cengkeh hutan memiliki kandungan eugenol yang rendah, berbeda dengan cengkeh aromatik pada umumnya yang memiliki kandungan eugenol tinggi sehingga memiliki aroma yang kuat atau sangat harum. Hasil penelitian yang dilaporkan oleh [20] menunjukkan bahwa kadar minyak daun cengkeh hutan jauh lebih rendah dibandingkan dengan cengkeh aromatik seperti cengkeh Zanzibar, Sikotok dan Ambon. Selain itu dilaporkan pula bahwa kadar eugenol terendah terdapat pada spesies cengkeh hutan, sedangkan tertinggi terdapat pada spesies cengkeh Zanzibar.
Referensi:Â
[1]     Direktorat Jendral Perkebunan, "Statistik perkebunan Indonesia komoditas cengkeh  2016-2018," Kementrian Pertanian, 2020.
[2] Â Â Â Â A. Alfian, A. S. Mahulette, M. Zainal, Hardin, and A. H. Bahrun, "Morphological character of raja clove (Syzygium aromaticum L. Merr & Perry.) native from Ambon Island," IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci., vol. 343, no. 1, p. 012150, Oct. 2019, doi: 10.1088/1755-1315/343/1/012150.
[3] Â Â Â Â Hariyadi, S. Asri, Mahulette, S. Yahya, and A. Wachjar, "Agro-morphologies and physicochemical properties of flower bud, stem and leaf oils in two clove varieties (Syzygium aromaticum L. Merr. and Perry.) originated from Ambon Island," CMUJNS, vol. 19, no. 3, Jul. 2020, doi: 10.12982/CMUJNS.2020.0034.