Mohon tunggu...
Dwiki Anugerah Atmojo
Dwiki Anugerah Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Climatologist

Indonesia State Collage of Meteorology, Climatology, and Geophysics

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panglima Besar sebagai Teladan bagi Pemuda Indonesia

11 November 2021   07:25 Diperbarui: 11 November 2021   07:45 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jenderal TNI (anumerta) Raden Sudirman, atau seperti yang kita ketahui bersama Jenderal Soedirman. Ia lahir di Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916. Ia lahir dari beberapa orang biasa dan semasa kecilnya ia dibesarkan oleh pamannya dan dibawa ke Cilacap. Menjadi Mayjen TNI pertama di Indonesia, sejak kecil memiliki sikap dan karakter kepemimpinan dalam organisasi dan selalu disegani oleh masyarakat karena sopan santun dan ketaatannya pada ajaran agama Islam. 

Pada tahun 1944, Jenderal Soedirman bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) yang terdiri dari Jepang dan menjabat sebagai komandan batalyon di Banyumas. Namun selama menjabat dan dalam menjalankan tugasnya, ia dan rekan-rekannya selalu memberontak terhadap Jepang sehingga mereka semua diasingkan ke Bogor.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Jenderal Soedirman melarikan diri dari pusat penahanan dan kemudian pergi ke Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk mengawasi proses penyerahan pasukan Jepang di Banyumas. 

Pada tanggal 12 November 1945, ia terpilih sebagai Panglima TKR di Yogyakarta dan, sebelum pengangkatannya, ia memerintahkan serangan terhadap pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa. Akibat pertempuran ini, ia mendapat dukungan yang meningkat dan akhirnya diangkat menjadi panglima tertinggi pada 18 Desember 1945.

Pada 19 Desember 1948, setelah Jenderal Soedirman keluar dari rumah sakit, serangan kedua terjadi. dan memulai pertempuran gerilya. Dari sinilah perjalanan gerilya Jenderal Soedirman dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dimulai. Ketika Belanda mulai mundur dan mundur, Jenderal Soedirman dipanggil ke Yogyakarta pada Juli 1949. Meski ingin terus memerangi pasukan Belanda, ia ditahan oleh Presiden Soekarno. pensiun dan pindah ke Magelang. Soedirman meninggal sekitar sebulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki di Yogyakarta.

Banyak tokoh menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Jenderal Soedirman, termasuk Presiden Soekarno, yang sangat berduka atas wafatnya Jenderal Soedirman. Bukan hanya Presiden Soekarno yang menangis, seluruh rakyat Indonesia juga turut berduka cita atas wafatnya Jenderal Soedirman. Semasa hidupnya, Jenderal Soedirman tidak pernah lepas dari jiwa patriotiknya. 

Hal tersebut menjadi cambuk bagi para pejuang Indonesia lainnya untuk memerdekakan tanah air tercinta ini. Sejak era perjuangan kemerdekaan dan pertahanan kemerdekaan Indonesia, Jenderal Sudirman sering menjadi panglima perang melawan penjajah, penyakit paru-paru basah dan hanya satu paru-paru yang bisa bernafas dan sampai akhir hayatnya ia mengabdikan dirinya untuk bangsa Indonesia ini.

Jenderal Sudirman secara tidak langsung mengajarkan kepada kita bahwa pada masa lalu mereka telah berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia dan, bertentangan dengan apa yang kita ketahui, kita hanya perlu menjaga persatuan dan kesatuan agar bangsa ini tidak terpecah. Tidak hanya terlibat aktif dalam gerakan kemerdekaan, 

Jenderal Soedirman juga pernah menjadi guru di salah satu sekolah Muhammadiyah di Cilacap. Ia juga aktif terlibat dalam kegiatan keagamaan di sekolah Muhammadiyah, mulai dari mendidik siswa tentang agama, menggalang dana untuk kemajuan sekolah hingga mengabdikan dirinya di sekolah Muhammadiyah, dan diangkat menjadi presiden kelompok Muhammadiyah.

Tidak hanya itu, pada tahun 1997, dalam rangka HUT TNI, Almarhum diangkat menjadi Mayjen TNI (Jenderal Bintang 5). Dengan kepergian Jenderal Soedirman, banyak orang bahkan seluruh rakyat Indonesia kehilangan sosok Jenderal Soedirman. Semoga dengan kepergiannya kita sebagai generasi sekarang menjadi cambuk untuk meniru sikap Jenderal Soedirman mengabdi kepada negara sampai akhir hayat. Kami berharap dengan ini kami dapat menjadi penerus Jenderal Soedirman dan mengamalkan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi orang yang berguna bagi sesama, tanah air dan Bangsa, serta bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bela Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun