Yang terlihat baik pun gak tentu baik, teringat semua argumen mereka tentangnya..
Tentang seonggok jasad bertittle kan manusia (no name). Berkali-kali seakan mereka mengingatkan aku yang sedang disirami bunga-bunga kesetiaan beratas namakan cinta. Detik, menit, jam, hari, bulan, hingga sampai pada tahun ke tiga. Jatuh bangun ku coba pertahankan semua dengan sikap dan perilakunya yang ku sadari memang menyimpang. Tapi aku tetap bertahan.. berharap keajaiban dan hidayah menyentuhnya.mengenyampingkan hitam menjadi putih, kabut hitam menjadi pelangi. Hingga akhirnya tiba di titik jenuh. Dimana semuanya ingin ku muntahkan yang sempat terganjal di kerongkongan. Ingin ku teriakan semua yang sesak di dada. Ya, aku ingin bebas.. dari semua kehidupan yang mungkin bagi mereka biasa saja. Tapi bagi aku.. perlu fikir panjang untuk mengikuti jejak langkahnya untuk di jadikan pijakan ke arah yang lebih sakral dari sekedar pacaran. Yang perlu di garis bawahi.. Aku memilih untuk meninggalkannya! Berfikir keras bagaimana aku bisa lepas dari semua kamuflase cintanya. Dan bagaimana aku bisa membaayar mahal untuk waktu yang serasa ku buang sia-sia. Meski kenyataannya memang tak ada yang sia-sia. Semua hanya perjalanan hidup.. yang mau tak mau harus aku terima karena di dalamnya pun menyimpan berbagai pelajaran dan pembelajaran tentang hidup. Darinya.. aku belajar arti mandiri. Darinya.. aku belajar arti saling mencintai dan berkorban satu sama lain. Darinya.. aku belajar banyak tentang bagaimana mengalahkan rasa pemalu hingga menantang kerasnya hidup di ibu kota. Banyak pelajaran penting di balik luka ini.. Dan mungkin terlalu banyak. dan tentang luka.. kenapa semuanya terkuak disaat aku memutuskan untuk benar-benar pergi dri nya? Kenapa dia seakan benci dan menyimpan dendam ssampai akhirnya rahasia tentangnya selama bertahun-tahun baru diucapkannya? Ini sungguh menyakitkan.. kini bukan hanya dia saja yang merasa tersakiti karena aku meninggalkannya. Tapi aku?? Aku juga merasakan hal yang sama. Kebohongan dan kepiawaiannya menutupi bangkai masa lalunya amat sangat menyakiti aku. Di waktu kurang dari tiga tahun kita menjalin hubungan.. semuanya seakan tertutup rapat. Semakin aku sadar.. kalau dia memang fidak sebaik seperti yang aku kira. Dan seakan membenarkan semua argumentasi dari mereka yang dulu sempat mereka lontarkan "dia itu gak baik buat kamu mii"
Ah.. Tuhan,aku tidak pernah menyesali semua yang sudah terjadi. Malah aku bersyukur.. dipisahkan dengannya. Dengan seonggok manusia yang hanya bermodalkan kebohongan, bohong dan bohong!!
Aku bahagia. Ya! Aku bahagia dan bersyukur lepas darinya.