Mohon tunggu...
Juli Duru
Juli Duru Mohon Tunggu... -

Mengalir, jangan sampai terbasahi apalagi tenggelam....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seluas Kekosongan Nan Sesak

16 Januari 2012   11:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326714746187968272

Jangan engkau cemburu ketika aku lebih akrab dengan pohon waru, jangan engkau curiga ketika aku lebih hapal lekuk mahkota bunganya.

Lihatlah kau pada dirimu, bercerminlah kau pada keretakannya, bahwa aku telah hapal senandung yang kau lantunkan ketika malam tiba.

Tentang kerinduan entah pada siapa, tentang kehampaan ruang tanpa sekat itu. Seharusnya kau merasa lapang karenanya.

Egois dan tamak kau jadikan pendamping hidup.

Di sanalah kau sekarang berada, ketakutan. Di atas rakit besar dan mengapung di hamparan air. Tak ada satupun manusia apalagi hewan. Senyap. Sekeliling air adalah gedung dengan dinding kaca bening. Dulu kau selalu memujanya, dan sekarang kau menguasainya.

Kau berteriak hingga serak, dengan rasa sesak mnyeruak. Namun yang kau dengar hanyalah gema suaramu, dan ketika aku mendekat, kau semakin menjauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun