Mohon tunggu...
Juwita SariRizky
Juwita SariRizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pariwisata

Mahasiswa aktif tahun kedua Prodi Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Upaya Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan sebagai Antisipasi Dampak MotoGP 2022

28 April 2022   15:16 Diperbarui: 28 April 2022   19:53 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terselenggaranya sport mega event berskala internasional di Indonesia ini berhasil mendatangkan ratusan ribu pengunjung ke Lombok. Pergelaran MotoGP Mandalika 2022 atau yang secara resmi bernama Pertamina Grand Prix of Indonesia ini menjadi peluang bangkitnya industri pariwisata yang mandeg setelah dua tahun terpuruk akibat adanya pandemi Covid-19. Dampak yang muncul tak hanya dirasakan oleh pelaku wisata di Lombok Tengah, lokasi diselenggarakannya MotoGP, tetapi juga di wilayah sekitarnya seperti Senggigi dan Gili Trawangan pun ikut kecipratan.

Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai pihak terkait pariwisata mengharapkan dampak positif yang muncul dapat memberikan efek jangka panjang (berkelanjutan) bagi para pelaku wisata lokal walaupun event balapan sedang tidak berlangsung di Indonesia. Pendiri Indonesian Ecotourism Network, Ary Suhandi, berkata kepada BBC News Indonesia, Minggu (20/3) sebagai berikut:

"Kuncinya keberlanjutan itu adalah membangun pola pikir masyarakat, cara pandang, dan juga perilaku. Cara pandangnya tidak serakah karena turisme itu menggiurkan, uang datang terus-menerus. Jadi, harus berani berkata cukup. 'Saya cukup di sini', sisanya dialihkan ke mana. Jadi, pola-pola berbagi, sinergitas, itu penting."

Berbagai investor pun muncul demi menyongkong pengembangan Mandalika yang berlangsung hingga tahun 2040. Pengembangan ini memang akan difokuskan pada sektor pariwisata apabila dilihat dari perjanjian MoU yang dibeberkan oleh Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) kepada BBC News Indonesia bahwa akan ada 11 investor yang berencana membangun hotel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan dibangunannya layanan akomodasi ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan dan membuat mereka yang berkunjung bisa menetap lebih lama di Lombok dan memaksimalkan pengeluarannya di Indonesia. 

Adanya ajang MotoGP Mandalika ini juga menjadi batu loncatan untuk promosi kebudayaan lokal (Lombok) ke dunia internasional. Tokoh Budayawan Lombok Tengah, Datu Tuan H Lalu Putria, mengatakan bahwa kebudayaan yang dapat dipamerkan dapat berupa penamaan sirkuit Mandalika dengan nama tokoh atau budaya di Lombok. Sebelum pelaksanaan event pun ia berharap diadakan ritual budaya adiluhung adat Sasak, yaitu Nede Rahayu Ayuning Jagat yang bertujuan untuk memohon keselamatan. Selain itu, juga dapat mempromosikan kain tenun khas Lombok dengan bentuk hadiah kepada pembalap yang bertanding.

Agar masyarakat lokal tidak merasa diasingkan akan hadirnya investor-investor besar, maka perlu adanya strategi khusus di mana dalam proses pengembangannya harus melibatkan masyarakat setempat dan budayawan dalam setiap kegiatan sehingga mereka juga mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi di tanahnya sendiri. Strategi itu perlu rencanakan dengan matang demi terciptanya kondisi yang kondusif dan kebudayaan lokal pun tetap lestari, apalagi dalam catatan sejarah, ketimpangan ekonomi di Lombok Tengah pernah menyebabkan konflik sosial. Selain itu, masyarakat dan budayawan juga perlu diberikan pembinaan dan pendampingan secara berkala agar produk atau jasa yang mereka tawarkan memiliki standar tertentu sehingga layak dinikmati oleh wisatawan/pengunjung.

Regulasi resmi yang mendukung dari pemerintah daerah (NTB) juga diperlukan terkait kualitas pelaku wisata, kualitas pelayanan akomodasi, dan kualitas suatu produk agar UMKM dapat tetap eksis dan dapat bersinergi dengan perusahaan besar. Jika semua yang disarankan sudah tersedia, maka tinggal bagaimana para pelaku usaha, budayawan, dan pemerintah daerah dapat mengimplementasikannya secara konsisten sehingga mampu mengurangi dampak negatif yang muncul dan terwujud konsep berkelanjutan yang menjadi goals pariwisata di Mandalika.


Referensi:

Jurnal

Caiazza, R., & Audretsch, D. (2015, January 11). Can a sport mega-event support hosting city's economic, socio-cultural and political development? Tourism Management Perspectives, 14, 1-2. www.elsevier.com/locate/tmp 

Berita Online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun