Banyak orang yang menginginkan dirinya menjadi seorang pemimpin, Namun waktu itu saya tidak menginginkannya karena bagi saya menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah di mana kita harus bisa menjadi contoh yang baik, bagaimana sikap kita dalam menghadapi segala tantangan dan kritik maupun saran yang masuk dari pihak internal juga pihak eksternal dan tantangan melakukan sesuatu di bawah tekanan. Hal tersebut menjadi alasan Saya tidak minat menjadi pemimpin saat itu.
     Saat itu aku duduk di bangku SMA kelas XI aku termasuk siswa yang aktif dalam organisasi PMR di sekolah. Saya bergabung dalam organisasi ini saat awal masuk SMA, karena di sekolah SMP dulu tidak ada organisasi tersebut saya minat untuk bergabung irganisasi ini salah satu alasannya yaitu karena organisasi ini menaung di bidang yang saya Minati yaitu di bidang kesehatan harapannya untuk bekal saya kedepannya. Dalam organisasi ini bukan hanya berisi ilmu akademik yang diberikan tapi juga ilmu penerapan sosial kehidupan sehari-hari dalam bentuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang diadakan organisasi tersebut seperti sosialaisasi mengenai kebersihan dilingkungan sekolah maupun sekitarnya.
     Setelah 1 tahun selama masa jabatan kakak kelas berlangsung saya di organisasi tersebut fokus pada materi juga mengikuti perlombaan karena di kelas XI angkatan Sayalah yang akan menggantikan pengurusan inti organisasi tersebut. Konsep pengurusan tersebut sudah umum digunakan di berbagai organisasi di sekolahan lain dimana saat kita sudah kelas 12 kita harus fokus untuk persiapan ke kehidupan luar entah itu melanjutkan jenjang yang lebih tinggi maupun langsung terjun ke dunia kerja. Meskipun konsep kepengurusannya sama namun seleksi pemilihannya berbeda-beda ada yang voting ada juga yang melewati berbagai tes.Â
     Pada saat itu pemilihan kandidat berlangsung seleksi yang digunakan organisasi ini yaitu dipilih oleh pengurus sebelumnya lalu kandidat tersebut dites oleh senior juga alumni dan disaksikan oleh fasilitator di mana fasilitas akan memberikan pertimbangan kepada senior juga alumni. Sangat menakutkan bukan? Ya, karena ada tanggung jawab besar (progja) yang dilaksanakannya membawa nama sekolah dan pastinya Organisasi tersebut juga. Tes yang saat itu diberikan adalah wawancara dan analisa kepribadian selama bergabung di organisasi ini tes ini meliputi problem solving, conflict resolution, time management hingga perjanjian komitmen kedepannya.Â
Aku sudah tidak banyak berharap untuk lolos kualifikasi yang sulit itu namun saat hasil keluar yang membuatku sangat terkejut adalah terdapat Namaku yang ditugaskan dengan tanggung jawab yang sangat berat dari beberapa progja yang ada dan sangat beresiko karena progja tersebut menyangkut pihak internal (Anggota, alumni, warga dan pihak sekolah) dan eksternal (Kemendikbud, PMI, dan Kepolisian) bisa disebut event ini adalah perlombaan PMR sekota Surabaya mulai dari tingkat SD hingga SMA. Hal tersebut tidak terduga karena sebelumnya saya tidak mempunyai pengalaman dalam bidang ini meskipun tahun sebelumnya dalam progja ini saya hanya menjadi panitia di Sie Acara saja, yang membuat tidak percaya lagi adalah perbedaan pelaksanaan tahun sebelumnya adalah online sedangkan yang akan mendatang dilaksanakan secara offline.
     Meskipun tak terduga namun rasa penasaran dalam diri sayalah yang membuat saya tertantang untuk mencobanya. Di sini yang sangat menjadi tantangan saya adalah mengatur pertemuan antara pihak internal dengan pihak eksternal karena beliau-beliau ini bisa disebut orang yang mempunyai kesibukan dan sangat susah untuk mencocokkan jadwal awal terpilihnya saya kemampuan public speaking Saya hanya muncul beberapa persen namun seiringnya waktu hal tersebut berkembang karena beberapa faktor seperti dilatih untuk menerangkan konsep pada setiap rapat yang ada.Â
     Karna acara ini adalah acara wajib dan turun temurun. Maka hal ini bisa jadi 2 mata pisau orang bosan dan orang antusias, disini bener2 muter otak dalam merancang teknis setiap bidangnya. Awal pertemuan untuk pengenalan lomba juga pembahasan singkat teknis saya sangat takut. Ya, saat semua anggota mulai berbicara, saya merasa sedikit tersudut. Banyak ide dan pendapat yang muncul, dan saya harus belajar untuk mendengarkan dan merangkum semua itu.
     Dari setiap proses yang ada, disitulah saya banyak mengambil pelajaran berharga mulai dari proses persiapan, konsultasi, evaluasi hingga simulasi yang kami lewati pasti ada masalah yang kita jumpai namun hal tersebut akan lebih mudah jika kami menyatukan hati untuk bekerja sama dalam penyelesaiannya,  bersama untuk menuntun satu sama lain agar tidak menyalahkan langkah, karena sebenarnya ada pelajaran besar dibalik itu semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H