Mohon tunggu...
Juwilsi T. Rawung
Juwilsi T. Rawung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah Mahasiswa yang sedang mengejar masa depan Mari kita saling berbagi inspirasi dalam karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nafas Kertas dan Pena

11 Januari 2025   20:13 Diperbarui: 11 Januari 2025   20:13 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Di atas meja, terbaring sunyi,
kertas putih menanti arti,
selembar hampa tanpa warna,
menunggu bisik pena yang berani.

Pena pun tiba, gemetar ujungnya,
menggores garis, melukis suara,
setiap tarikan, setiap titik,
adalah nafas hidup yang magis.

Kertas berdesir, tak lagi dingin,
menyerap cerita, menampung angin,
pena menari, meniti waktu,
mengurai mimpi, melukis rindu.

Mereka berdua, sepasang nyawa,
tanpa suara, melahirkan kata,
dalam hening, tercipta dunia,
dari nafas kertas dan pena.

Tiada henti, tiada usai,
selama cerita terus mengurai,
pena dan kertas, sejoli setia,
menjaga jejak rasa manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun