Mohon tunggu...
Juwilsi T. Rawung
Juwilsi T. Rawung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah Mahasiswa yang sedang mengejar masa depan Mari kita saling berbagi inspirasi dalam karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aksara yang Mengalir di Hujan

8 Januari 2025   16:21 Diperbarui: 8 Januari 2025   16:21 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Hujan mengetuk jendela hati,
membawa cerita yang tak terhenti.
Aksara terurai, jatuh di bumi,
menyulam makna yang tersembunyi.

Butiran air menulis sajak,
di atas daun yang melenggak.
Seperti tangan yang tak terlihat,
menggores rindu di balik kabut pekat.

Hujan itu bahasa tanpa suara,
mengajarkan luka menjadi lara.
Setiap tetesnya adalah doa,
yang tak pernah hilang meski sirna.

Dan di antara gemuruh mendayu,
aksara mengalir, menyatu pilu.
Ia berkata tanpa bernada,
mengenang kisah yang tak kembali ada.

Dalam hujan, aku membaca dirimu,
huruf-huruf yang terurai di waktu.
Meski habis diguyur langit kelabu,
aksara itu tetap kekal di kalbu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun