Harus mulai dari mana?
. . .ok, 3 titik cukup!
.. Aku selalu suka sisa hujan,
Jatuh
Satu.. Satu..
Pelan, menyusur celah agar sunyi tak terusik tuk jadi bunyi..
Aku selalu suka sisa hujan,
Di iringi ketukan pintu, lalu nyanyian detak waktu menjadi akhirnya..
Aku ulangi lagi, Aku selalu suka sisa hujan tapi tak selalu dengan HUJAN. Beberapa hari yang lalu aku baru tahu, kenapa aku merasa ada yang aneh tiap kali hujan turun terlau deras. Sejak umur 3 tahun aku memang sudah tak suka hujan. Dari cerita yang ku dengar, aku akan berlari tak tentu arah, menangis dan memeluk siapapun yang ada didekatku ketika hujan turun. Dan tentu saja hal itu tak akan ku lakukan lagi saat ini.
Aku pernah beberapa kali mandi hujan, cukup menyenangkan tapi tetap saja ada yang terasa aneh (mungkin karena tersembunyi terlalu jauh, aku juga tak tau kata apa yang tepat untuk mendeskripsikannya). Aku tak suka suaranya, Terlalu berisik.
Beberapa kali juga aku membaca tulisan tentang pemuja hujan, bahkan aku pernah mengenal seorang lelaki yang tergila-gila dengan hujan. Lalu, mengapa hujan tak seindah itu untuk ku?. Hujan selalu mampu membuatku tak punya cukup ruang untuk menunjukkan bahwa aku ada, aku hidup..
Seperti saat ini, hujan memaksaku berhenti disudut jalan yang tak tepat....
Today, I Hate this way!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H