Mohon tunggu...
Ahla Jennan
Ahla Jennan Mohon Tunggu... -

Iam simple and open mind

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teroris Idolaku

11 September 2012   11:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BASED FROM TRUE STORIE

Hari ini peristiwa bersejarah 11 September 2001 kembali di di kenang dan di peringati. Hampir 3000 orang tewas dan 6000 cedera dalam peristiwa runtuhnya menara kembar Pentagon oleh serangan19 teroris yang dikepalai oleh Osama Biladin, pria berdarah Yaman yang berasal dari wilayah Jeddah – KSA.

Peristiwa tersebut membuatku kembali teringat pada suatu sore, di bulan Ramadan, di penghujung tahun 2000 di kota Mekkah. Saat itu seperti biasanya setiap habis Ashar, di waktu yang telah ditetapkan aku harus turun mengambil tumpukan roti danfull damesyang telah diletakkan oleh anak-anak majikan di dekat pintu gerbang.

Hari itu telah lebih 5 menit aku menunggu ternyata belum juga datang, mungkin terhalang macet. Ketika sedang asyik menunggu, tiba-tiba terdengar langkah kaki laki-laki menuruni tangga loteng, kedengarannya dari lantai atas apartemen tempat tinggalku, membuat hatiku kikuk dan bingung. Aku telah lupa bahwa apartemen di lantai 3 kini ada penghuninya, sebuah keluarga besar dari luar Mekkah yang tiap tahun menjadi penyewa tetap selama pertengahan Ramadan hingga Idul Fitri nanti. Tujuan mereka tentunya beribadah Umrah.

Mendengar suara langkahnya yang berirama santai dapat kuduga pasti itu langkah orang paruh baya, membuat hatiku semakin kecut. Yang kudengar dari cerita anak-anakku bahwa penghuni lantai atas adalah sebuah keluarga yang “Sadeed”, artinya mereka adalah keluarga yang menjalankan benar-benar syariat Islam dan menentang hal-hal berbau modern memasuki kehidupan mereka. Orang Islam garis keras, mungkin begitu istilahnya.

Sementara saat itu aku hanya mengenakan hem lengan panjang, kerudung kecil , dan celana longgar tanpa abaya apalagi cadar, bisa dibayangkan betapa kalut pikiranku saat itu. Mungkin jika di Indonesia, pakaian yang kukenakan sudah termasuk dalam ketegori santun dan sesuai standar sebagai muslimah. Namun, di Saudi tanpa abaya dan cadar serasa sedang pakai rok mini lalu berdiri di pinggir jalan. Entahlah, yang jelas itu perasaan yang kurasakan. Jika lelaki itu sampai menegur apalagi sampai mencaci lalu berteriak sambil menyeru-nyeru “Ya Ayyuahalladzi na amannu, bla-bla-bla…., “ akan ditaruh mana mukaku????

Tiba di lantai bawah, kudengar suaranya berdehem memberi isyarat bahwa ia seorang laki-laki mau lewat. Tapi suara yang kudengar begitu bening, dan bukan suara bapak-bapak seperti yang kuperkirakan. Aku dengan sigap langsung menghadap pada tembok marmer yang menghubungkan gerbang yang berpintu besi dan kaca tebal tak tembus pandang.  menyembunyikan wajah sebagai langkah terbaik, karena mau menghindar tak tahu lari kemana.

Tak disangka pemuda dengan baju terusan hitam itu menghentikan langkah, lalu mengucap salam kepadaku tapi pandangannya ke arah samping. Aku merasa ia juga kikuk dari nada bicaranya, mungkin tak pernah bicara dengan perempuan selain keluarganya saja.

Jadi kami bicara sambil singkur-singkuran. Kemudian ia bertanya sesuatu, Bahasa Arabku masih buruk sekali saat itu, sementara dia berbicara dengan aksen Arab dari daerah Khamis dekat Propinsi Abha  yang membuatku semakin kesulitan mencerna tiap kalimatnya.

“Na’am. Apa?” kataku yang secara reflek membalikkan wajah untuk menatapnya agar aku bisa mencerna kalimat yang ia katakan.

Namun, melihatku menatap wajahnya, ia buru-buru menutupi wajahnya dengan mengibarkan kain qutrah putih penutup kepalanya, yang membuatku garuk-garuk kening, “Kenapa jadi dia yang menutup wajah??”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun