Mohon tunggu...
Ahla Jennan
Ahla Jennan Mohon Tunggu... -

Iam simple and open mind

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teroris Idolaku

11 September 2012   11:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari keterangan kedua adiknya, pemuda itu adalah sulung dari 10 bersaudara. Masih kuliah dan seorang muadzin di daerah tempat tinggalnya yang membuat rasa ngefansku kian menjadi. Soal umur tak usah ditanyakan, dengan menghitung jumlah saudara lalu di kalikan dua, ditambah umur yang paling bungsu adalah 6 bulan, maka dapat kukalkulasikan umurnya adalah 22-23 tahun. Karena rata-rata Ibu-Ibu di Arab masyaallah ta barakallah rajin melahirkan tiap dua tahun sekali.

Dia seorang pendiam, Tidak seperti adik lelakinya yang begitu keras dalam mendidik adik-adiknya masalah agama, dari mengharamkan majalah, musik, radio, ataupun televise. Yang bahkan tak segan-segan membanting tape, kaset,atau lainya jika sampai ketahuan adiknya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat agama. Biasanya adik lelakinya yang seumur 17 tahun yang sedikit bebal dan sering kena damprat dan pukulan. Keluarga ini juga mengharuskan bercadar kepada pembantunya, kendati di dalam rumah sekalipun. Kendati begitu mereka rata-rata mandiri semenjak kecil dan patuh kepada orang tua tentunya. Karena yang kutahu walaupun anak lelaki mereka juga mengerjakan pekerjaan rumah, dari menyapu, mencuci, dan belanja.

Keluarga yang aneh tapi bagaimanapun itu adalah keyakinan mereka dan aku tetap menghormatinya dengan tak memberikan mainan atau menyalakan televisi film kartun pada anak-anaknya karena haram, toh mereka juga sepertinya tak tertarik pada mainan dan film kartun. Menjelang maghrib terkadang aku akan mengantarkan kue-kue Ramadan ke apartemen mereka, dan esoknya mereka akan ganti mengantarkan kue-kue lain ke rumah. Sebuah hubungan dua paham berlawanan yang indah.

Tapi rasa penasaranku tak juga kunjung padam pada sosoknya. Aku banyak mengenal teman dari yang berdarah Arab, Yaman, Indonesia, Maroko, Turkestani, dan lain-lain, tapi tak pernah merasa penasaran begitu mendalam seperti pada sosoknya apalagi sampai harus bertanya pada adiknya langsung hanya sekedar ingin memuaskan rasa ingin tahuku. Sepertinya ia bukan pemuda biasa, ia memiliki kharisma yang tak kudapatkan ketika melihat adiknya.

Sampai Ramadhan usai aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Namun dalam hatiku selalu berharap bahwa suatu saat dapat bersua lagi. Minimal melihat sekilas tanpa bicara pun tak mengapa, namanya juga sedang terkena penyakit obsesib kompulsif.

Ketika bulan Haji datang, aku kembali kecewa ketika adiknya datang berkunjung, karena saat itu sedang naik haji, kukira ia juga ikut datang, tapi ketika ku intip dari balik pintu ternyata ia hanya datang sendirian.

Rasa penasaranku baru terungkap ketika di suatu siang, tanggal 12/9/2001 tiba-tiba anak majikanku yang kelas satu SMA mendatangiku di dapur sambil menenteng koran.

“Kamu kenal AN?” katanya

“AN kan banyak, Ram. Ada AN Maggribiya, AN Turkestani, AN Bolousi,”

“AN yang keluarganya tiap ramadan menyewa di apartemen atas.”

“Ya, aku tahu. Dia yang tampan,dan agak kurus itu, kan. Aku dua kali melihatnya. Memangnya ada apa?” Rasa penasaranku muncul kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun