Di suatu pagi yang cerah, Yesus dan para murid sedang berjalan menuju Yerusalem. Perut Yesus sedikit keroncongan karena mereka belum sempat sarapan. Sebagai manusia sejati, Yesus juga bisa lapar. Di tepi jalan, Yesus melihat sebuah pohon ara yang rindang. Dengan harapan besar, Dia mendekati pohon itu, membayangkan buah ara yang manis dan segar.
Namun, ketika sampai di bawah pohon, ternyata hanya ada daun-daun lebat tanpa satu pun buah. Yesus berhenti, menatap pohon itu, dan berkata dengan nada tegas, "Mulai sekarang, tak seorang pun akan makan buah darimu lagi!"
Para murid, yang sudah terbiasa dengan hal-hal luar biasa dari Yesus, saling pandang dengan ekspresi bingung bercampur kagum. Petrus, si komentator sejati, membisiki Yohanes, "Kamu tahu nggak, pohon ini mungkin salah besar kalau nggak berbuah di hadapan Guru."
Yesus melanjutkan perjalanan dengan tenang, sementara murid-murid mengikuti-Nya sambil berusaha mencerna kejadian barusan. Mereka tiba di Yerusalem dan menjalani hari yang penuh aktivitas. Namun, di pagi berikutnya, ketika mereka kembali melewati pohon ara itu, Petrus hampir tersandung karena terlalu fokus melihat pohon tersebut.
"Guru, lihat! Pohon ara itu sudah kering sampai ke akarnya!" seru Petrus dengan takjub.
Yesus berhenti, berbalik, dan dengan tenang memberikan pelajaran mendalam. "Percayalah kepada Allah. Jika kamu memiliki iman dan tidak ragu, kamu tidak hanya dapat melakukan apa yang terjadi pada pohon ara ini, tetapi bahkan jika kamu berkata kepada gunung ini, 'Terangkatlah dan terlemparlah ke laut,' maka itu akan terjadi. Apa pun yang kamu minta dalam doa dengan iman, kamu akan menerimanya."
Para murid mendengarkan dengan penuh perhatian. Namun, di kepala Petrus, mungkin ada pemikiran lain. "Kalau begitu, bisakah aku meminta sarapan yang langsung muncul di hadapanku?" Tapi tentu saja, dia tidak berani mengatakannya dengan lantang.
Makna Teologis
Kisah ini memiliki makna yang mendalam bagi umat Katolik. Pohon ara yang tidak berbuah melambangkan kehidupan yang tidak menghasilkan buah rohani, meski terlihat subur secara lahiriah. Ini adalah panggilan bagi kita untuk tidak hanya terlihat "baik" dari luar, tetapi benar-benar hidup dalam iman yang menghasilkan perbuatan baik.
Yesus juga menunjukkan kekuatan iman. Dia mengajarkan bahwa iman sejati, yang tidak disertai keraguan, dapat membawa perubahan luar biasa. Namun, iman tersebut harus selalu selaras dengan kehendak Allah, bukan sekadar untuk keinginan pribadi semata.