Kampungan banget sih!
Ungkapan ini sudah diterima umum sebagai cara mudah mengekspresikan kekesalan untuk merendahkan (derajat) suatu perbuatan atau seseorang, sekaligus tentu saja sebagai upaya menaikkan derajat si pengumpat. Dengan mengatakan orang lain 'kampungan', secara tidak langsung kita bermaksud mengatakan, saya jauh lebih baik, lebih beradab, lebih....segalanya dari orang kampungan itu.
Apa iya 'kampungan' itu lebih rendah dan hina?
Bagi banyak orang kota, suasana kampung menjadi pilihan ketenangan hidup. Ribuan penduduk kota menjadikan 'kampung' sebagai pelarian dari rutinitas setiap akhir pekan. Mereka bahkan rela membayar, berdesak-desakan dalam kemacetan berjam-jam demi merasakan sesaat suasana kampung. Bagi orang kampung, itu hal yang aneh. Orang kota mau membayar hanya untuk merasakan udara segar, bermain lumpur, atau sekedar duduk di tepi sawah. Bukankah semua itu gratis dan dapat dinikmati orang kampung setiap saat. Ya...kampung itu eksotis dan indah.
Di kampung, kita dapat merasakan kedamaian yang semakin mahal dan sulit diperoleh di kota. Semakin meresapi kehidupan masyarakat 'kampungan', akan semakin terlihat bagaimana tingginya derajat hidup mereka. Orang kampung hidup dalam keluhuran nurani yang tinggi. Salah satu sikap kampungan yang begitu menonjol adalah keikhlasan untuk menolong sesama tanpa pamrih. Jangan selalu mendewakan uang Anda dan membayar orang desa saat Anda memperoleh pertolongan. Bisa jadi Anda terlihat sebagai orang aneh bila sedikit-sedikit mengeluarkan uang atas pertolongan yang Anda peroleh di kampung. Sementara di kota, para imam dan pendeta berkhotbah berbusa-busa mengajarkan keikhlasan bagi jemaahnya. Tetapi bagi orang kampung, menolong sudah menjadi bagian dari kehidupan.
Berita kerusuhan yang mewarnai pemberitaan, kebanyakan terjadi di kota! Di beberapa daerah, sebut saja kampung, mungkin ada juga kerusuhan, tetapi tidak sebanyak yang terjadi di kota. Itupun kemungkinan justru diprovokasi oleh orang kota melalui LSM atau orang-orang yang ingin berebut kekuasaan dan simpati orang kampung. Karena orang kampungan sejatinya lebih mengedepankan diskusi, komunikasi dalam menyelesaikan masalah. Aspirasi mereka didengarkan oleh lembaga-lembaga adat. Setiap perbedaan, selalu ada jalan keluar. Kampungan itu bikin tenteram..
Kerusuhan bernuansa SARA yang terjadi di beberapa daerah, aslinya terjadi di kota, diprovokasi oleh orang-orang kota, bahkan kuat dugaan, dirancang dan didanai oleh orang kota yang dekat dengan kekuasaan. Kerusuhan bukan terjadi karena masalah agama, tetapi karena ada banyak kepentingan di dalamnya termasuk kepentingan ekonomi dan politis. Orang-orang kampung sangat menikmati keharmonisan di anatara masyarakat yang berbeda agama. Hanya di kampung kita bisa melihat orang muslim memasak dan mempersiapkan acara-acara untuk umat kristiani. Hanya di kampung kita melihat masyarakat kristiani tidak segan-segan berpartisipasi dalam acara-acara muslim.
Hanya di kampung Anda melihat rumah ibadah umat minoritas begitu aman di tengah-tengah umat mayoritas. Sementara di kota? Yang ada hanya kerusuhan, pengrusakan rumah ibadah, provokasi yang semakin merusak citra agama. Keharmonisan yang kampungan, saya yakin Tuhan justru tersenyum di sana...Oh, kampungan I love you..
Putera angkat Rano Karno terjerat narkoba? Narkoba adalah bencana bagi setiap keluarga. Bersyukurlah Anda yang berada di kampung. Pengaruh globalisasi ke desa membuat narkoba mulai masuk daerah pinggir. Karenanya, makin kampung, sebetulnya makin aman karena Anda akan terjauhkan dari informasi dan pengaruh narkoba. Banyak orang kota yang lemah iman, lemah syahwat narkoba...langsung terjerat perangkap benda setan ini. Bahkan ada pameo bahwa bergaul dengan narkoba tanda sikap modern, lebih macho, lebih modis, lebih gaya... Aneh, bukankah ini sikap yang menunjukkan kerapuhan derajat pengusaan diri? Sekali lagi bersyukurlah Anda yang kampungan, yang tidak mau disebut bergaya modern hanya karena narkoba. Jangan takut untuk disebut kampungan hanya karena menolak rayuan narkoba!
Korupsi? Ahay...amit-amit. Orang kampung tuh lebih tahu diri, bermartabat dibanding mereka yang berdasi, sok gaya, sok kuasa di televisi. Harusnya mereka semua belajar keluhuran budi kampungan. Orang kampung dengan segala kesederhanaannya tidak neko-neko, mereka makan apa yang diperoleh dengan usaha mereka sendiri. Ambisi dan kekuasaan? Tidak semua orang menginginkannya, apalagi bila harus menggunakan cara-cara orang kota seperti sikut-menyikut yang tak elok dan apalagi korupsi. Orang kampung rela hidup sederhana apa adanya daripada hidup menderita bila harus melepas jas mewah, meninggalkan rumah mentereng dan masuk ke dalam penjara yang sumpek. Jadilah para koruptor menjadi pembicaraan dan tertawaan orang-orang kampung yang asyik menyeruput kehangatan kopi di warung-warung. Kampungan yang nikmat...
Masih banyak aspek 'kampungan' yang bisa kita bahas. Anda yang aslinya berasal dari kampung, tentu memiliki kerinduan untuk selalu berada dalam suasana kampung Anda bukan? Maka berbondong-bondonglah kita, bersama jutaan orang lainnya kembali ke kampung setiap hari raya untuk menikmati 'kampungan' yang selalu dirindu. Masa kecil di kampung adalah suatu pengalaman hidup yang indah.