Sama kayak mamak saya, beliau kesel karena udah nggak bisa senggol menyenggol saat berburu takjil. Tapi alhamdulillahnya, mamak juga bersyukur karena nggak harus cape-cape nyari saya yang sering kesasar ditengah lautan manusia. Serius, kadang ada saat-saatnya pasar bisa sepadet itu.Â
Pokonya masih banyak bentuk-bentuk kesulitan lain berkat situasi seperti sekarang ini. Di PHK, lah. Gulung tikar, lah. Dililit hutang, lah. Nganggur terus, lah. Jomblo terus, lah --- eh?
Tapi mau bagaimana lagi, ya, kan? Pandemi diluar kuasa kita. Sekarang pilihan satu-satunya cuma bertahan : ikuti protokol kesehatan plus jaga iman agar senantiasa sabar dan semangat menunaikan ibadah puasa yang sudah di pelupuk mata.
Oleh karena itu, tetap semangat, ya! Mari kita sama-sama menyambut bulan Ramadhan dengan amal ibadah dan doa.
Semoga Allah senantiasa Menghadirkan rasa bahagia di dalam hati, sekalipun ada yang tak bisa berjumpa dengan sanak keluarga yang amat dicintai.Â
Semoga Allah Melimpahkan rezekiNya untuk para orang tua, serta diberikan rasa syukur dan cukup bagi anak-anaknya, sehingga kebahagiaan senantiasa hidup dalam setiap keluarga.Â
Semoga Allah selalu Melimpahkan rahmatNya dan menerima segala kebaikan hambaNya, sehingga menjadi peringan hisab di kemudian hari, baik yang dilisankan maupun yang diaksarakan.Â
Dan semoga segera Allah Mengangkat wabah pandemi ini, aamiin.
Akhir kata, semangat puasa pertamanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H