Hidup sebagai remaja di era digital ini memiliki tantangan tersendiri. Bila perjuangan pemuda 96 tahun yang lalu adalah tentang komitmen untuk bersatu demi melawan kolonialisme. Saat ini para pemuda harus berjuang melawan diri sendiri dan anggapan-anggapan masyarakat. Istilah generasi strawberry sering kali dikaitkan dengan orang-orang yang lahir antara 1997-2010. Hal ini menjadi buah bibir yang menarik dalam beberapa tahun belakang ini. Generasi strawberry dianggap mudah "hancur" seperti buah strawberry. Anggapan ini membuat konotasi yang buruk pada remaja era ini.Â
Sebagai salah seorang pemuda yang hidup di era digital ini, saya melihat hal ini menjadi sebuah pacuan. Setiap manusia diciptakan seunik mungkin, tidak ada manusia yang sama bahkan sepasang anak kembar sekalipun. Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tapi yang menentukan langkah selanjutnya adalah diri sendiri. Ungkapan Latin "agere contra" Â dapat menggambarkan bagaimana cara melihat kelemahan.Â
Semangat untuk melawan apa yang menjadi kekurangan diri adalah hal yang perlu diperhatikan. Bila kemalasan tidak pernah dilawan, maka tidak pernah ada waktu untuk berkembang. Di peringatan Sumpah Pemuda yang ke-96 tahun ini memberikan sebuah gema bagi para pemuda. Gema tersebut mengajak orang muda untuk berani membuktikan diri. Keberanian untuk membantah anggapan-anggapan yang buruk. Semangat tersebut akan berbuah manis bila mampu didukung oleh kesadaran diri.Â
Semangat para pemuda merupakan bahan bakar untuk menuju masa depan yang lebih baik. Dalam era sekarang ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh semua jenjang usia. Generasi muda harus mau untuk berimajinasi. Melawan diri sendiri (agere contra) dapat didukung dengan imajinasi. Mimpi pemuda bukanlah hal yang sepele, karena pembaharuan ada di tangan para pemuda yang berani melawan sistem yang usang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H