Mohon tunggu...
Justin Evan Halim Saputra
Justin Evan Halim Saputra Mohon Tunggu... Aktor - Siswa

Suka bermain billiard

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Memperjuangkan Kesederhanaan di Tengah Realita Kehidupan Kota

17 September 2024   10:26 Diperbarui: 18 September 2024   16:01 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang ibu ternyata memiliki seorang anak perempuan yang periang dan gembira bernama Ica. Selesai sekolah, Ica dengan ceria mengajak kami bermain dan berkeliling desa. 

Di tengah perjalanan, ia menyebutkan bahwa ia senang merakit mainan kecil, atau biasa disebut Lego. Kami berencana membelikannya Lego melalui toko online, tetapi waktu pengiriman yang lama membuat kami batal membelinya. Namun, kami mendapat informasi bahwa di kecamatan ada toko yang menjual mainan seperti itu. Karena saya tidak diperbolehkan bepergian oleh pihak sekolah, saya meminta tolong kakak Ica untuk membelikannya saat ia pulang dari sekolah.

Keesokan harinya, mainan yang kami titipkan ternyata sudah dibelikan. Kami sempat bertanya iseng harga mainan tersebut dan ternyata harganya hanya 20 ribu rupiah saja. Padahal, di Jakarta, mainan seperti itu dijual dengan kisaran harga 100 ribu rupiah. 

Saya dan teman saya sangat terkejut sekaligus senang mengetahui harga yang murah itu. Ini menunjukkan bahwa meskipun harga berbeda, fungsinya sama, hanya berbeda pada tampilan luar saja. Kami menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol dan merakit mainan tersebut dalam suasana kehangatan dan kesederhanaan.

Lego 20 ribu rupiah | Dokumentasi Pribadi
Lego 20 ribu rupiah | Dokumentasi Pribadi

Nilai-Nilai Penting yang Tersirat di Dalam Kesederhanaan

Anehnya, segala momen yang saya lewati bersama mereka terasa sangat menenangkan. Tidak ada penuntutan, tidak ada tekanan untuk menjadi seseorang yang lebih atau memiliki sesuatu yang lebih. Segala sesuatu mengalir dengan alami, tanpa rasa cemas akan tren atau keharusan untuk tampil "sempurna." 

Dalam kesederhanaan hidup di Wonosobo, saya justru menemukan kebahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang lahir dari kebersamaan, bukan dari barang-barang mahal atau pengakuan orang lain. Inilah yang saya dambakan dalam kehidupan, kebahagiaan yang lahir dari kesederhanaan dan kebersamaan.

Pengalaman live-in ini mengajarkan saya nilai penting dari hidup sederhana dan bersyukur. Setelah pulang ke Jakarta, saya membawa pulang bukan hanya kenangan, tetapi juga perubahan cara pandang terhadap kehidupan. 

Sekarang, saya lebih menghargai momen sederhana, lebih fokus pada hubungan yang bermakna, dan tidak lagi merasa tertekan untuk selalu mengikuti tren. 

Saya sadar bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus dikejar dari luar diri kita, melainkan sesuatu yang harus ditemukan dalam diri kita sendiri dari rasa syukur, kesederhanaan, dan hubungan yang tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun