Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Titip Salam Buat Tuhan...

24 September 2015   20:13 Diperbarui: 24 September 2015   20:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Titip Salam Buat Tuhan"][/caption]

Layar kaca televisi nasional saban hari dihiasi oleh tampilan apik bersahaja dari para ahli Buku Suci dari berbagai kalangan baik para pejabat petinggi negeri, para pemimpin religi, para artis maupun arisan figuran religius. Kata-kata manis menjanjikan surga dan ancaman neraka tersembur dari mulut trampil mereka. Mereka terus dan terus berupaya menyihir rakyat dan menebar pesona keahlian menafsir dan mengurai berbagai macam Buku Suci hingga terkesan kalau mereka ini sangat kenal dan begitu dekat relasinya dengan Sang Pencipta…

Adu kebolehan merangkai kalimat yang meninabobokkan rakyat jelata benar-benar mengalir lancar dari mulut manis mereka, tak jarang rangkaian kalimat indah ini disadur dari berbagai macam Buku Suci. Pun setali tiga uang, berbagai macam sajian tontonan di televisi nasional sukes mempertontonkan ajaran-ajaran hebat melalui para tokoh yang tampil sebagai para pribadi yang cerdas, bijaksana dan religius.

Bagi kalangan menengah ke atas yang memang orang-orang cerdas, bisa jadi omongan para tokoh nasional papan atas dan sajian tontonan di televisi itu cuman sekedar masuk telinga kanan dan bablas langsung keluar lewat telinga kiri. Masa bodohlah! Lha wong hidup duniawi mereka sudah mapan dan enak. Bagi para pengamat dan penumpang gelap politik, omongan besar cetar membahana mereka itu tentulah menjadi lahan basah menambah income lewat ulasan-ulasan kritis cerdasnya…

Masih di dalam territorial negri indah ini, warga mayoritas yang saban hari bergelut dengan kerasnya hidup, berpacu dengan waktu, bertaruh dengan pikiran terbatas juga tenaga dan nyawanya, tentu bisa jadi punya cara lain memandang, melihat dan mendengar soal surga dan neraka itu. Orang-orang ini, rakyat jelata, yang memang sudah terbiasa hidup susah, tentunya nenaruh harapan besar atas rangkaian kalimat indah yang notabene tentu menjadi keinginan mereka juga. Lha siapa yang tak ingin hidup sejahtera… siapa yang tak ingin mudah mencari kerja.. siapa yang tak ingin gampang membangun usaha… siapa yang tak ingin hidup damai, rukun dan nyaman berdampingan satu sama lain di negri yang konon segala keberagamannya dilindungi konstitusi… dan tentu saja, siapa orangnya yang tak ingin masuk surga?

Percayalah, orang-orang miskin, telantar, terpinggirkan, buruh pabrik, buruh tani, buruh nelayan, pedagang kaki lima, tukang ojek, tukang becak, tukang gali kubur, pengamen, pengemis, copet, jambret, maling dan masih banyak lagi pekerja rendahan lainnya.. mereka ini tidaklah iri, dengki atau marah kepada orang-orang kaya, pejabat tinggi, koruptor, motivator atau pengusaha kaya.. Wong orang-orang ini sekali lagi sudah terbiasa dan dipaksa untuk berani berkata cukup kepada godaan duniawi yang memang tak pernah mereka nikmati. Mereka ini orang-orang yang jujur menjalani dan memandang persoalan hidup. Mereka ini juga memandang kalau para tokoh papan atas ini memang benar-benar cerdas, bijaksana dan religius. Dari omongan-omongan manis dan bijak yang tiap hari mereka dengar, orang-orang susah ini bahkan percaya kalau para tokoh hebat ini sangat dekat hubungannya dengan Tuhan Pencipta alam semesta, buktinya tokoh-tokoh ini sering sekali dengan khatam mengutip banyak rangkaian kalimat dari Buku Suci.

Sebagai raykat jelata tentulah mereka tidak bisa memaksa para pemimpin atau para calon pemimpin untuk memihak mereka bukannya memihak orang-orang yang memang sudah kaya dan makmur. Tetapi mereka percaya bahwa Tuhan Pencipta Yang Memiliki Segalanya dapat memaksa para pemimpin itu untuk setidaknya sedikit menggeser keberpihakan pada mereka. Nah karena rakyat kecil meyakini kalau para pemimpin itu punya hubungan sangat dekat dengan Tuhan, maka sungguh tak salah kalau mereka berharap: "... tolong.. sampaikan salamku pada Tuhan, supaya Ia memaksamu membela kepentingan rakyat kecil yang tak bersuara ini…"..

Selamat malam, smoga mimpi indah…

Heu heu heu…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun