Gue memaknai kata REKONSILIASI sebagai PROSES PERDAMAIAN antara pihak-pihak yang bertikai, bersilang pendapat, berseberangan, berhadap-hadapan dll ("bermusuhan") . Untuk mendamaikan permusuhan tidak cukup hanya berdasarkan potongan-potongan kejadian, cuplikan-cuplikan pernyataan, sempalan-sempalan peraturan serta pandangan sebelah mata saja; menurut hemat gue, perlu dicari permasalahan dan penyebab mendasarnya mengapa permusuhan itu terjadi. Maka, proses rekonsiliasi akan berhasil kalau dimediasi oleh pihak ketiga yang netral, sebab kalau tanpa mediasi pihak ketiga, ya tinggal nunggu mujizat saja...
Pihak ketiga sebagai mediator proses rekonsiliasi haruslah punya reputasi dan kredibilitas di mata kedua belah pihak maupun para pemangku kepentingan lainnya dan punya pemahaman yang baik tentang ruang lingkup di mana permasalahan itu muncul, dan tidak ada kata lain kecuali AMT (Angkat pantat, Mendalami, Tenggak habis).
- ANGKAT PANTAT. Yg gue maksud di sini adalah: tim mediator itu harus mau bangun dari duduknya, TURBA (turun ke bawah)Â menganalisa permasalahan mendasar yg telah terjadi, sehingga tim ini bisa..
- MENDALAMI dan menguasai betul-betul permasalahan yg sedang terjadi. Bayangkan kalau tim ini tidak mendalami permasalahan atau hanya berdasarkan prakiraan dan asumsi-asumsi, ya silakan tebak sendiri produk solusi seperti apa yg akan ditawarkan.
- TENGGAK HABIS. Sekali tim ini bersedia untuk menjadi mediator, maka akan diperjuangkan solusi sampai tuntas, terutama atas akar-akar masalah yang menjadi penyebab mendasar permusuhan.
Nah! Kembali ke topik hangat tentang rekonsiliasi yaitu kisruh PSSI:
- Mulanya Pemerintah/Kemenpora melalui KONI mengajukan diri menjadi Tim Mediator proses rekonsiliasi. Mari kita analisa sederhana, apakah KONI sudah memenuhi 3 kata kunci AMT tadi? A (angkat pantat): hahaha..la wong lagunya seperti BOS, bisanya manggil (halusnya: ngundang), ga mau turba... M (mendalami): karena ga mau turba ya mana mungkin mendalami permasalahan yg terjadi.. T (tenggak habis): mimpi kali yee.. Jadi LUPAKAN PEMERINTAH/KEMENPORA/KONI..
- Sekarang ini harapan tertumpu pada Task Force AFC ("satgas"). Mari kita lihat dengan cara poin 1 tadi. A (angkat pantat): sepertinya tim ini juga berlagak seperti BOS, ga mau datang ke Indonesia, turun ke bawah & melihat serta menganalisa langsung dengan melibatkan para pelaku industri bal-balan di negeri ini. Lagi-lagi (seperti KONI) mereka duduk di singgasana/markas AFC di Kuala Lumpur, menyuruh (halusnya: mengundang) pengurus PSSI & PSSI tandingan untuk sowan. Jadi sepertinya, huruf M dan T gak perlu di analisa lagi.. Silakan menganalisa, membayangkan, mengandai-andaikan kira-kira seperti apa produk solusi yang akan ditelorkan satgas ini.
Banyak sekali kisah rekonsiliasi yang berhasil, salah satunya yang terjadi di Afrika Selatan, ketika rezim apartheid tumbang. Paradigma, perilaku dan kebijakan yang ditampilkan seorang Nelzon Mandela (tentu dengan mediator PBB) adalah bukti sebuah proses rekonsiliasi sejati, ketika ia mau dan mampu menghilangkan dendam kesumat, mengampuni pihak lawan dan menyatukan seluruh potensi bangsa sehingga sekarang ini seluruh dunia tahu, bagaimana Afrika Selatan tampil.
Gue sungguh ga berani membandingkan proses rekonsiliasi yang sudah dan sedang dikerjakan oleh pengurus PSSI dan sekarang ini sedang ditangani oleh satgas AFC dengan proses rekonsiliasi di Afrika Selatan pada waktu itu; mungkin memang ga tepat juga untuk diperbandingkan.. Tapi gue melihat, bahwa proses rekonsiliasi yang dilakukan baik oleh pengurus PSSI, oleh KONI bahkan oleh Satgas AFC sekarang ini, adalah proses REKONSILIASI SETENGAH HATI..
Apa boleh buat, gue masih menunggu seorang Satrio Piningit atau Ratu Adil yang akan menyelamatkan persepakbolaan Indonesia dari upaya pecah-belah, adu domba atau upaya pihak-pihak yang akan menjadikan bal-balan nasional sebagai mesin uang kelompok-kelompok kecil itu... Kira-kira seperti apa ending dari kisruh ini? Hmmm.. mari kita tanya pada rumput yang bergoyang..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H