Heu heu heu…
Sambil nyruput kopi item agak kental, diselingi cemilan tempe kemul, diiringi hisapan nikmat sahabat sejati musuh para pejuang kesehatan jantung…
Seminggu terakhir ini kanal balbalan mulai rada rame. Ada debat adu argumentasi berdasarkan issu, ada juga debat kusir berdasarkan kubu di kanal bola ini.. Meski belum seramai ketika konflik pssi-kpsi tapi sepertinya pasar kanal bola bakal menggeliat lagi…
Menjadi pelajaran sangat berharga mahal kisruh dan konflik yang terjadi pada waktu itu, tetapi pastinya selalu saja ada makna dari setiap kejadian sekecil apapun. Serangkaian peristiwa yang tidak mengenakkan bagi sebagian sangat besar para pelaku dan pecinta bal-balan nasional, tentu akan menjadi bahan evaluasi dan refleksi terutama bagi MENPORA dan timnya yang hari Jumaat 17 April lalu telah memutuskan untuk mengambil alih tanggung jawab atas maju mundurnya organisasi, industri/kompetisi dan miniatur kepentingan nasiolan dalam lingkup bal-balan ini.
Pilihan pendekatan penyelesaian konflik menjadi hal penting bagi Menpora untuk membantu memajukan sebuah organisasi besar dan (cukup) tua milik masyarakat seperti PSSI. Seperti namanya, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, maka ruh “persatuan” harus menjadi alasan mendasar dan utama untuk memutuskan langkah penyelesaiannya. Maka jelas, pilihan penyelesaian dengan budaya khas Indonesia akan lebih baik daripada pendekatan kekuasaan semata. Spirit ‘persatuan’ dalam membenahi organisasi PSSI yang berpilar 3 kata kunci ‘one heart - equal - work as a team’ patut menjadi standar cara hidup organisasi; diiringi dengan cara bertindak yang mau ‘angkat pantat - mendalami - tenggak habis’….
Menjadi sangat penting bagi Menpora dan para petugas di bawahnya, mulai saat ini untuk mengubah cara hidup dan cara bertindak dalam menelorkan kebijakan bagi organisasi besar milik rakyat ini. Menpora dan timnya harus dapat mengenal dengan baik sampai ke hati dan dengan semangat kesetaraan semoga mau turun ke pasar mengunjungi para pelaku bal-balan nasional. Betapapun, bertatap muka langsung, mendengarkan dan bersambung rasa dengan bahasa anak-anaknya akan membuat Menpora dan timnya semakin mengenal dan mengetahui segala problematika yang sedang dihadapi. Dengan demikian maka apa pun problemnya akan dapat dituntaskan dan dimerdekakan.
Akhir kata…
Selamat atas langkah "pembunuhan PSSI mafia dan segala turunannya" ini. Kiranya momen ini tidak menjadikan Menpora, timnya dan para penumpang gelap yg beberapa hari ini bertempik sorak merasa menang menjadi pongah dan jumawa, tetapi menjadi tambahan bekal untuk merakyat dalam mengurusi olah raga rakyat ini. Waktu akan membuktikan, apakah Menpora dan timnya memang memperjuangkan balbalan nasional, atau mereka hanyalah alat untuk merebut teritorial kerajaan bisnis balbalan nasional yang memang berpotensi menguntungkan di masa datang...
Bravo Sepakbola Nasional!
Salam kangen!
Heu heu heu…