Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nil Maizar dan Makna Nasionalisme...

10 Oktober 2012   12:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:59 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Heu heu heu...

Pagi ini gw kagak nyeruput kopi item agak kental...semalem ada kekeliruan kecil maunya nambah sedikit air panas byar agak encer dikit, eh keliru nambahin beberapa slot cointreau... Maka pagi cerah ini gw sruput teh hangat dikasih dikit jeruk nipis..ditemani dahsyatnya kelezatan tahu pong dicocol maknyuuuuus-nya citarasa kecap produksi home industri...tentu saja, diselingi hisapan sahabat sejati musuh para pejuang kesehatan jangunt...

Tidak perlu diragukan lagi kualitas seorang Nil Maizar baik pengetahuan, ketrampilan maupun spirit nasionalismenya.. Kini ia menjadi pilihan yang tepat untuk memegang kendali Timnas sebagai Pelatih Kepala, meski bukan pilihan satu-satunya... Gw pribadi punya harapan tinggi, Nil Maizar dapat dipertahankan untuk mengemban amanah ini setidaknya minimal 5 tahun...

Seorang Nil Maizar paham betul apa arti kata "nasionalisme" di dunia bal-balan ini dan ia tidak akan terjebak masuk ke dalam rombongan konyol yang memaknai nasionalisme dengan cara sempit. Ia tidak akan serta merta memvonis para pemain tertentu dengan label 'tidak nasionalis' seperti yang sering dimuntahkan oleh mulut-mulut para komentator terutama di media-media online seperti kanal bola ini...

Soal menilai kadar nasionalisme pemain bal-balan nasional, Nil Maizar akan memandangnya dari berbagai sudut, tidak akan memandang dari sudut sempit doang ajah.. Ia akan pergi sejenak keluar orbit, memandang teritorial bal-balan nasional dari ketinggian yang cukup..dan seperti satelit ia akan mendapatkan view yang tepat.. kemudian akan kembali turun ke bumi bal-balan nasional dengan membawa referensi pemahaman yang tepat untuk diwujudkan dalam keputusan-keputusan dan tindakan yang benar soal Timnas...

Menyikapi para pemain yang bergabung dengan klub-klub yang bermain di turnamen terpanjang dan terlama di dunia - ISL - Nila Maizar pastinya akan mempunyai pandangan yang jauh berbeda dengan sebagian besar 'para pendukungnya' di kanal bola ini. Bisa dipastikan, salah satunya ia akan menggunakan cara sederhana untuk menilai kadar nasionalisme para calon anggota skuadnya ini, dengan bantuan beberapa pertanyaan refleksi:

#1) Jika aku menjadi seorang Taufiq, Hendra Bayauw, Hamdi Ramdhan (dll)..dan pada musim kompetisi 2011/2012 kemarin bergabung dengan klub Persib, Sriwijaya, Persipura, Mitra Kukar (dll) yang berkompetisi di ISL... apakah aku akan memenuhi panggilan PSSI?.... hmmmm..jawabannya 99,999% adalah tidak!

#2) Jika aku menjadi seorang Ahmad Bustomi, Zulkifli Syukur, Hasyim Kipuw, M. Ridwan (dll)...dan pada musim kompetisi 2011/2012 kemarin bergabung dengan klub Semen Padang, Persebaya, Persibo, Persijap (dll) yang berkompetisi di IPL... apakah aku akan memenuhi panggilan PSSI?.... hmmmm..jawabannya 99,999% adalah ya!

Artinya, seorang Nil Maizar akan sangat memahami kondisi para pemain yang nyata-nyata saat ini menjadi korban... menjadi ikut sakit akibat sakitnya organisasi dan kompetisi bal-balan nasional selama setahun terakhir ini. Seperti gw juga akan dapat memahami ketika Nil Maizar, yang seharusnya mempunyai kendali dan kewenangan penuh memanggil, menyeleksi dan memutuskan para pemain yang akan menghuni skuadnya, sampai membuat pernyataan yang sekilas dapat mengundang orang-orang untuk menilai negatif : "...Pemain-pemain terbaik dari dua Timnas tersebut diharapkan bergabung dan berlatih bersama di dalam timnas yang berada di bawah PSSI. Menanggapi hal ini, pelatih Timnas Indonesia versi PSSI, Nil Maizar mengaku tidak bisa berbicara banyak mengenai penambahan pemain. Dia pun menyerahkan semuanya kepada manajemen timnas maupun PSSI...." seperti dikutib Tribunnews kemarin... Posisinya kini terjepit di antara idealismenya dan ego para bosnya.. Kondisi yang hampir sama bukan?

Akhir kata...

Untuk menyembuhkan ayam yang sakit, jadilah ayam... dan untuk membunuhnya, tetaplah jadi manusia...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun