Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menemukan Hikmah di Balik Aksi 04 November 2016

4 November 2016   17:46 Diperbarui: 4 November 2016   17:55 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: http://ronggosasongko.blogspot.co.id/

Aksi unjuk rasa yang digelar oleh sebagian warga negeri super kaya raya hari ini ditanggapi dengan berbagai macam sikap, baik oleh para pemimpin negeri, para tokoh masyarakat, para tokoh agama, para politikus maupun masyarakat awam...

Tema utamaya adalah #Tangkap dan Penjarakan Ahok yang disangka telah melakukan penistaan terhadap Agama Islam, meski dapat dilihat bahwa sejak kasus ini menggelinding, bagitu banyak tema accessories yang dihidangkan oleh para pelaku kepentingan tersebut dan nyaris saban hari mengemuka di berbagai media entah itu media sosial dan media lainnya...

Kekhawatiran banyak pihak kalau aksi ini akan berujung dengan kerusuhan dan bentrok massa seperti sejarah kelam penuh makna tahun 1998 sebenarnya kurang berdasar kuat. Tahun 1998, mayoritas rakyat Indonesia telah menjadikan Rezim Soeharto sebagai musuh bersama, sedangkan aksi kali ini sepertinya gak sebesar kala itu. Masih perlu dipetakan apakah Ahok memang sudah dijadikan musuh bersama oleh sebagian besar rakyat Indonesia...

Mencoba Menemukan Hikmahnya.

Terlepas dari hal tersebut, ‘bersatunya’ ratusan ribu warga NKRI pada hari ini adalah momentum sangat baik bagi para pemimpin maupun warga masyarakat untuk melakukan permenungan dan refleksi, yakni untuk menemukan hikmah dari peristiwa aksi ini. Mungkin Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta sedang menyampaikan pesan kepada Bangsa Indonesia, bahwa:

  • Bangsa ini masih mudah dikhianati, ditipu dan dibohongi serta diadu domba. Fakta, sejak kasus Ahok mencuat para pemimpin termasuk para pemuka agama terbelah, saling berdebat beradu argumen, saling serang kata-kata, saling menyalahkan, saling merasa benar dan bahkan saling hina, saling hujat termasuk juga saling fitnah.
  • Bangsa ini telah melupakan Budaya Nusantara yang sangat bernilai tinggi dan luhur, yakni Gotong Royong. Seperti disampaikan oleh Paduka Bung Karno tanggal 01 Juni 1945, bahwa Pancasila kalau dimampatkan menjadi Ekasila adalah bermakna Gotong Royong. Tengoklah, ratusan ribu warga negeri hari ini ternyata bisa memulai Budaya Gotong Royong, meski itu baru sebatas pintu masuk belum sampai kepada pelaksanaan makna terdalamnya.
  • Tuhan sedang membantu Bangsa Indonesia untuk membuka kesadaran tentang apa dan siapa sebenarnya “musuh utama dan musuh bersama” yang harus dihadapi, dilawan dan dikalahkan. Yang jelas, musuh utama/bersama itu bukanlah si mulut bocor Ahok dan/atau Presiden Jokowi. Musuh utama/bersama Bangsa Indonesia adalah ‘penjajah’ yang sekarang telah beralih strategi melalui metode penjajahan gaya kekinian, melalui sistem kuat dan terpadu yang sering disebut Sistem Global/Globalisasi atau terserah Anda mau menamakannya. Diakui atau tidak, kita telah dininabobokan dengan kekuatan dan kehebatan sistem ini, lalu disadari atau tidak sistem jahat ini telah menjalar seperti virus masuk ke lembaga-lembaga bersistem termasuk sistem negara. Bahkan, mungkin kita tidak sadar selama ini telah menjadi pengguna bahkan pelaku dari sistem jahat itu sendiri. Saya (dan mungkin Anda) bisa jadi lebih takut dan tunduk kepada sistem jahat (tuhan palsu) ini daripada takut kepada Tuhan Yang Mahaesa, Sang Maha Cinta.

Apa/Bagaimana Selanjutnya?

Yang lebih penting setelah menemukan hikmah adalah: Apa dan bagaimana selanjutnya? Kalau momentum ini hanya berhenti sebatas #Tangkap dan Penjarakan Ahok, itu sama artinya ada awal dan akhir atau hanya sebatas kemasan saja. Gini loh...

  • Ratusan ribu warga negeri dongeng ini telah rela meninggalkan keluarganya, meninggalkan kerjaannya, meninggalkan sekolahnya, meninggalkan bisnisnya dan meninggalkan orang2 yg dicintainya untuk bersatu dengan warga lainnya. Lalu... setelah aksi selesai sebagian besar dari mereka akan kembali kepada dunia nyata: menjalani kehidupan yang semakin lama terasa semakin berat dan sulit. Kalo para petingginya mah tenang2 ajah, wong mreka punya panggung untuk hidup sangat layak dan berkecukupan.
  • Dari berita yang diangkat di berbagai media, aksi ini diikuti oleh perputaran uang yang gak kecil, bahkan ada yg menyebut sampai ratusan milyar rupiah. Entah itu untuk keperluan transportasi, konsumsi maupun penyediaan peralatan dan perlengkapan. Belum bajet untuk keamanan pulisi yang didukung tentara serta bajet kebersihan. Kelompok Aa Gym yg memposisikan diri di garda paling belakang dan berinisiatif ikut serta membersihkan sampah-sampah patut diapresiasi.
  • Saya dan Anda bisa membayangkan dan berhitung, uang ratusan milyar itu kalo dialokasikan untuk program2 kepentingan rakyat kan sangat bisa.. Maksudnya: saya tidak menyayangkan aksi ini dan menganggap sebagai pemborosan, namun mengajak Anda untuk membuka mata bahwa kekuatan rakyat banyak/akar rumput itu ternyata luar biasa besar!
  • Maka... sangat penting untuk direnungkan, “what next”?.... Pasal 33 UUD 45 menyebut “perekonomian disususun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”.. bukankah itu salah satu makna penting dari Gotong Royong? Itulah sistem paling cocok untuk membangun kemandirian ekonomi bangsa ini, bukan sistem jahat globalisasi yang faktanya dikuasai oleh tidak lebih dari 50 perusahaan multi nasional di seluruh penjuru dunia.
  • Sok, silaken para ahli menterjemahkan dan merancang ini kemudian dipaparkan kepada Presiden Jokowi. Pastinya, sudah banyak banget kajian dan program2 berciri khas seperti itu, masalahnya memang belum maksimal dijalankan melalui sebuah gerakan bersama, gotong royong.
  • Namun demikian, masyarakat luas bisa memulai ini melalui Kelompok-Kelompok Kecil yang membangun usaha bersama berdasar asas kekeluargaan, yang harus menyebar dan semakin menyebar di seluruh wilayah negeri merdeka ini; terkoneksi dan terkontrol sebagai sebuah sistem besar. Sistem Gotong Royong inilah yang bisa mengalahkan sistem jahat yang saya maksud.
  • Berjuang dan berperang melawan sistem jahat bukan berarti trus kita menswiping orang2 yang dianggap representasi dari sistem jahat ini, tapi lebih tepat kalo kita menawarkan sistem gotong royong sebagai pilihan kepada masyarakat. Sistem Gotong Royong pastilah lebih berpihak kepada kepentingan rakyat, maka pada gilirannya masyarakat akan dengan mudah dan jelas menjatuhkan pilihan karena sejatinya memang tidak ada pilihan selain mandiri dan lepas dari kungkungan sistem penjajah.

Sebagai penutup, ada temen saya bilang, padang ilalang meski dipotong pake mesin rumput ato disiram bensin lalu dibakar.. tetep ajah galama lagih akan tumbuk subur kembali. Maka, di antara hamparan padang ilalang itu kita harus menanam pohon dadap, niscaya pelan tapi pasti ilalang-ilalang itu akan mati dengan sendirinya...

Udah ah segitu ajah, kok jadi ngelantur...

Salam 101,

Satu Untuk Semua-Semua Untuk Satu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun