Heu heu heu...
Seperti magnet, soal timnas selalu saja menarik perhatian para pecinta bal-balan nasional, entah untuk sekedar debat kusir seperti sebagian komen2 para kompasianer kanal bola, debat beneran sampe2 mengeluarkan sumpah serapah seisi kebun binatang & comberan, ulasan, usulan, prediksi dan ungkapan2 lainnya.. Ada yang pokoknya mendukung, ada yang mendukung dengan syarat, ada pula yg cuek bebek.....
FAKTA yang diplintir para pengidols Pakde...
#1) Tim yang sekarang sering disebut Timnas oleh satu kelompok dan disebut Timnaas oleh kelompok lainnya, memang tidak diisi oleh para pemain terbaik dari berbagai macam klub yang ada di seantero Nusantara ini maupun klub di luar Indonesia. Entah yang dibentuk oleh federasi yang legal maupun yang dibentuk oleh federasi yg belum legal, keduanya tidak pantas disebut Timnas, karena cara pembentukannya meninggalkan persoalan hakiki yaitu spirit persatuan. Masing-masing cenderung bangga dengan cara pembentukan yang mengedepankan perpecahan ini.
#2) Kualitas timnaas ini tentu saja masih sangat jauh dari harapan publik bal-balan nasional yang udah begitu haus dan lapar akan prestasi, meski setingkat level ASEAN sekalipun, sampai-sampai kekonyolan prestasi pun pernah ditorehkan ketika timnaas dikalahkan Brunei Darusalam.
#3) Meski seribu satu dalih dapat diumbar, kenyataannya tim ini sudah mulai ditinggalkan pecintanya, potret terakhir ketika stadion mulai melengang dari pertandingan ke pertandingan sejak lawan Valensia dan mencapai puncaknya ketika menjamu Timnas Malaysia dan Korea Utara. Memindahkan lokasi pertandingan ke tempat lain tak lebih cuman sekedar upaya untuk menambah dusta para petinggi PSSI guna menutupi borok yang nyata-nyata kelihatan parah.
BERHENTI SEJENAK berbuat bodoh...
Ketika kondisi organisasi dan industri bal-balan nasional sedang pada titik nadir seperti ini, selayaknya para petinggi PSSI bisa mengambil kebijakan untuk berhenti sejenak dan tidak memaksakan diri membentuk tim yang mreka sebut timnas ini. Pemaksaan pembentukan semakin menunjukkan ambisi mereka untuk sekedar menjaga image kalo mereka itu pengurus yang berkualitas, padahal tak ada sehelai benang pun yang dapat menutupi realita bahwa para pengurus ini memang amat sangat gak becus mengelola organisai bal-balan yg udah tuir ini. Keberanian berhenti sejenak ini waktunya bisa digunakan untuk mengevaluasi prilaku2 yang telah lalu, melakukan serangkaian refleksi agar langkah ke depan dijalankan dengan benar.
NORMALISASI relasi yang sekarat...
Salah satu penyebab mendasar garingnya prestasi tim yang disebut timnas serta garingnya dukungan para pecinta bal-balan nasional ini adalah garingnya ato bahkan matinya relasi di antara beberapa elemen penting pembentuk timnas, sebutlah para pemain, klub dan PSSI sebagai federasi yang punya tugas untuk membentuk timnas. Relasi PSSI dengan para pemain maupun klub2 yang berkompetisi di liga paling profesional dan legal - IPL - mungkin tidak lah bermasalah, tetapi relasi PSSI dengan pra pemain dan klub2 yang berlaga di liga sempalan, turnamen kampung terlama di dunia - ISL - bukan garing lagi, tapi nyaris mati ato sekarat. Berbagai macam dalih termasuk klaim yang mengatakan bahwa para darah muda yg sekarang menjadi penghuni tim yang katanya tim nasional ini, jauh lebih baik dari timnas sebelumnya dengan cara bermain yang sama sekali beda dengan timnas sebelumnya, itu hanyalah ungkapan untuk menghibur diri dan menampilkan pembenaran doang ajah... Maka, normalisasi relasi sekarang ini menjadi hal yang utama, kecuali para petinggi PSSI memang sudah memiliki kebulatan tekat untuk menendang dan mengusir asset2 berharga bal-balan nasional dalam wujud klub2 dan para pemain ISL, heu heu heu...mencari sebanyak mungkin musuh itu soal lain..
TIMNASÂ Yes! TIMNAAS hueeeeek byuaar!