FARWA MUIÂ soal haram bagi umat muslim memakai pakaian atribut non muslim (ini pastinya karena menjelang Natal umat Kristiani) akhirnya memakan korban juga. Setelah sebelumnya polisi di Surabaya mengawal dan mendampingi bahkan terkesan membela aksi "sosialisasi" fatwa MUI yang dilakukan oleh DPD DPI Jawa Timur di beberapa pusat perbelanjaan, beberapa polres malah menindaklanjuti fatwa organisasi yang berisi para ahli agama ini dengan mengirimkan surat edaran ke banyak target. Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberikan teguran keras kepada beberapa kapolres terkait langkah bodoh dan kebablasan anak buahnya ini...
Ormas sableng seperti FPI dan sejenisnya itu kalau dikasih ruang apalagi didukung ya pasti jadinya pada "gede rasa dan ngelunjak" gegara eksistensinya sbagai "aparat kw penegak hukum" diakui. Di Solo, sekelompok orang melakukan aksi sweeping disertai dengan perusakan di Restoran Social Kitchen Solo pada Minggu dini hari, 18 Desember 2016.Â
Puluhan orang berjubah itu datang ke restoran yang berada di sekitar Monumen Banjarsari dengan mengendarai sepeda motor. Mereka langsung masuk dan merusak beberapa barang di dalamnya dan melakukan aksi pemukulan terhadap pengunjung restoran. Beberapa pengunjung sempat dibawa ke rumah sakit lantaran terluka. Kasus memalukan ini sekarang ditangani langsung sama Polda Jateng...
Pulisi mengamankan 4 orang diduga anggota Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) dan seorang pengacara ditangkap polisi. Juru bicara LUIS Endro Sudarsono mengakui bahwa dia berada di lokasi pada saat kejadian sambil "ngeles" bahwa ia gak terlibat aksi perusakan. Dengan dalih dapet banyak aduan bahwa restoran itu jualan minuman keras dan ngelanggar ketentuan jam buka maka komplotan LUIS ini merangsek ke tempat kejadian untuk audensi dengan menejemen restoran. Ngakunya sih waktu mreka di dalem tiba2 aja masuk gerombolan berjubah yang langsung ngamuk...
"Saya sudah perintahkan ke jajaran jika yang ormas-ormas itu yang menggunakan kekerasan, maka saya perintahkan untuk langsung tangkap dan proses," kata Kapolri Tito tegas, Senin (19/12).Â
Oalaaah Pak Tito... tanggung banget sih perintahnya.. kalau ada kejadian baru ditindak. Mustinya kan lebih ke langkah pencegahan dong biar aksi2 menjengkelkan dan memuakkan orang2 yang pada ngerasa diri mreka paling agamis dan paling suci itu gak terjadi di negeri ini. Harus dilarang tuh kegiatan2 yang beraroma swiping dan semacemnya ini. Ormas2 ini kan bukan termasuk lembaga penegak hukum. Pulisi justru sah sbagai lembaga penegak hukum kok malah terkesan ragu2 bahkan takut sama orang2 ego , sombong dan serakah ini...
Gini loh Pak Jenderal.. udah lama banget citra korps pulisi tuh jatuh ambles bumi kerana prilaku oknum2 yang pada demen pungli di lapangan. Udah gitu kok sekarang malah kasih ruang bwat ormas2 pengacau seperti itu. Ya jadinya nama baik pulisi yang udah rusak itu jadinya mangkin rusak tho? Â Kalau caranya masih begini nih.. besar kemungkinan aksi2 serupa bakal nyebar di seluruh pelosok negeri. akhirnya kerjaan pulisi ya cuman ngawal sama nemenin orang2 bobrok itu.. sayang banget...
Mendingan skarang ambil sikap yang jelas tegas gitu jangan ambigu. Larang siapapun bwat bikin aksi swiping meski dibalut kertas kado indah bernama sosialisasi atau apa kek... Lagian, ya orang2 seperti ini entah itu yang di arus bawah sampek ke para pentolan boznya yang sebenernya nyata2 udah menodai sama menista sama menghina agama mereka sendiri.. gitu kok pada bangga!... Haddew!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H