Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Bola

Jika Jadi Jokowi, 12 Milyar Tetap Saya Cairkan Sebelum Keringat Punggawa Timnas Kering

18 Desember 2016   11:32 Diperbarui: 18 Desember 2016   11:42 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat sebelum laga final leg-2 Timnas melawan Thailand, Presiden Jokowi menjanjikan bonus total Rp. 12 milyar kepada Boaz Solossa dan para anggota skuad. Sebuah komitmen penghargaan yang layak diacungi jempol untuk para duta sepakbola yang sedang berjuang demi keharuman Indonesia di dunia internasional. Ada syarat uang itu bisa dicairkan, yakni kalau Indonesia jadi juara Aff Suzuki Cup 2016 yang belum pernah direngkuh meski sebelumnya pernah 4 kali mencapai laga puncak...

Meski syarat jadi juara itu akhirnya tidak bisa dipenuhi dan lagi-lagi Timnas hanya bisa melengkapi gelar sebagai runner up untuk kelima kalinya, kalau saya jadi Jokowi saya tetap akan mencairkan 12 milyar itu untuk para anggota skuad Timnas sesegera mungkin. Ini 12 alasannya yang langsung tidak langsung berkaitan dengan performance Timnas:

  1. Sepakbola Nasional sekitar setahun dikucilkan dari pergaulan internasional karena pemerintah melalui Menpora Imam Nahrawi melakukan intervensi dengan membekukan PSSI. Pada waktu itu aya mendukung.
  2. Sebelum dan setelah pembekuan PSSI yang diikuti sanksi FIFA, Menpora sering memamerkan sebuah Blue Print & RoadMap Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional. RoadMap itu bahkan sampai sekarang masih tersimpan rapat di lemari besinya Imam Nahrawi. Untuk hak ini pun saya gak pernah menegur Menpora, berarti saya mendukung`
  3. Sekarang pucuk pimpinan PSSI sudah berganti, ini sesuai dengan hasrat Menpora untuk mengganti kepengurusan lama yang dinilai dikuasai oleh para mafia sepakbola. Menpora pastilah riang gumbira, berarti saya juga mendukungnya.
  4. Karena 3 kondisi di atas, Liga Indonesia terhenti 2 musim. Musim 2015 klub-klub sepakbola negeri ini cuman bisa berpartisipasi di turnamen-turnamen sempalan entah itu tarikan kampung (tarkam) maupun yang lebih bergengsi. Tapi ya tetap aja itu termasuk aktivitas sempakan bukan terpadu dan tentu saja itu bukan sebuah tata kelola sepakbola yang baik dan benar. Mau gak mau, suka gak suka.. kondis ini tentu saja sangat berpengaruh pada proses pembentukan sebuah Timnas yang baik. Banyak ahli sepakbola mengatakan, Timnas yang baik pasti dihasilkan oleh kompetisi atau liga yang baik pula.
  5. Tahun 2016 meski ada gelaran kejuaraan Torabika Soccer Championship (TSC) dengan format layaknya sebuah kompetisi, tapi tetep aja ini bukan sebuah liga resmi yang digelar oleh induk organisasi PSSI, namun kegiatan "untuk mengisi kekosongan" saja entah itu kekosongan aktivitas maupun kekosongan cash flow. Menpora merestui kegiatan ini berarti saya juga terkait dong...
  6. Di tengah aktivitas TSC yang lumayan cetar membahana meski semu, para pentolan klub peserta bersama-sama dengan pimpinan PT Gelora Trisula Semesta (operator TSC) membuat keputusan kebablasan, yaitu hanya mengizinkan setiap klub mengirimkan maksimal 2 pemain saja ke Timnas. Program KB (dua anak cukup) ala elit klub dan operator TSC ini tentu saja sangat menyulitkan Om Riedle yang didaulat lagi untuk menukangi Timnas. Atas kejadian ini Menpora cuman berkomentar saja padahal bisa menggunakan kekuasaannya untuk menganulir.. dan saya diam saja yang berarti mengamini prilaku para elit dan Menpora itu...
  7. Dengan keterbatasan waktu persiapan dan hambatan karena Program KB itu, Skuad Garuda jadinya ya terbentuk dengan kesan seadanya.. udah gitu ditambah lagi dengan minimnya laga uji coba yang dilakoni Rizky Pora dan kawan-kawan. Bandingkan dengan para kompetitornya yang dengan bebas leluasa melakukan persiapan termasuk rangkaian laga uji coba yang begitu amat sangat didukung dan difasilitasi oleh asosiasi sepakbolanya dan kementerian olah raga negara mereka. Menpora diam seribu bahasa dengan keadaan ini lha otomatis saya pun kan pasti dianggap diam seribu bahasa pula...
  8. Dengan kondisi mengenaskan dan persiapan ala kadar ini, Timnas sukses mendulang kritik dan begitu legowo menerima cacian dan hinaan dan nyaris tanpa pujian.. buat saya ini proses sangat penting yang harus saya hargai. Mereka dari Om Riedle sang arsitek, para offisial, tim pendukung dan tentunya para pemain tetap memegang komitmen "Garuda di Dadaku" untuk bertempur di medan kejuaraan...
  9. Saya melihat skuad Garuda yang sama sekali tidak diunggulkan begitu terseok-seok. Di fase grup mereka keok dari Thailand 2-4, lalu apes ditahan seri 2-2 oleh tuan rumah Filipina dan akhirnya sukses memulangkan dini tim Singapore. Timnas lolos ke babak semifinal. Jutaan pecinta sepakbola nasional bersorak! Petinggi PSSI riang gumbira! Menpora sumringah! Saya pun iku senaaang!... Nasionalisme Bangkit! Ini seperti oase di padang gersang ketika negeri ini dihempas "bahaya laten ketidakrukunan" yang dikomandoi oleh sekelompok "orang-orang suci" di negeri ini...
  10. Di laga semifinal di Pakansari, Timnas sukses kalahkan tim Vietkong "Rambo" Vietnam dengan sekor 2-1! Gegap gempita dan eforia kebanggaan terhadap Timnas semakin meninggi, harapan bangkit semakin membahana! Saya pun termasuk di antaranya bahkan saya sempatkan nonton langsung di setadion dan menyalami langsung para pemain di lapangan usai laga. Saya paham betul, sapaan ini akan sangat berarti bagi para pemain dan seluruh anggota sekuad, para duta besar sepakbola negeri yang saya pimpin ini.. Timnas akhirnya lolos ke babak final setelah dengan pola main "parkir angkot" sambil main gaple di depan gawang, sukses menjalankan strategi dan menahan seri tuan rumah dengan sekor 2-2!
  11. Laga puncak menanti! Harapan mencetak sejarah untuk pertama kalinya merengkuh gelar bergengsi juara balbalan se Asia Tenggara lantas menggelora. Rakyat jelata sampai elit politik terlibat aktif di riuhnya langit Nusantara membicarakan tim kebanggaan mereka. Yang gak mau ikut nimbrung di tema nasionalisme ini ya cuman mereka-mereka para tukang kompor ketidakrukunan negeri ini. Tentu saja sebagai Presiden, saya sangat bisa melihat peran positif para anggota sekuad Garuda ini dalam menciptakan momentum kerukunan yang bisa mengimbangi bahkan mengalahkan design ketidakrukunan yang dibuat sekelompok pembuat onar negeri ini. Mungkin saja para anggota Timnas gak menyadari itu.. tapi dengan mata lahiriah dan batiniah saya sangat bisa melihat hal itu...
  12. Di laga final. Timnas sukses mengalahkan Thailand dengan sekor 2-1 meski akhirnya belum bisa mewujudkan harapan seluruh pecintanya karena kalah 0-2 di Rajamanggala Stadium Bangkok. Banyak yang kuciwa, marah, kesel, cembekut, galauw.. itu pasti.. apalagi melihat Timnas bermain seolah tanpa pola.. Tapi itulah cinta! Semua campur aduk jadi satu tanpa bisa dipilah-pilah! Tapi saya "bisa merasakan" betapa mereka ini memanggul beban yang begitu amat sangat berat sekali. Meski gak bisa diperbandingkan, saya juga dapat merasakan betapa beratnya beban yang kudu dipikul oleh sahabat saya Ahok menghadapi dakwaan menodai agama, ulama dan umat sekarang ini... Dan sebagai orang nomor satu negeri ini, kalau toh saya tidak bisa mengambil alih seluruh beban berat itu, saya akan mengambil sebagian supaya beban mereka setidaknya menjadi sedikit lebih ringan. Saya sangat menghargai proses perjuangan mereka demi negeri tercinta dan dibanggakan, "INDONESIA"!

Untuk itu, meski syarat juara tidak tercapai... sebelum keringat para punggawa Timnas itu mengering.. segera setelah mereka mendarat di tanah air dari medan kurusetra ke-7 di Rajamanggala Bangkok... saya akan mengundang mereka ke istana untuk menjamu mereka makan, berdiskusi santai dengan suasana riang gumbira, menyampaikan trima kasih dan penghargaan atas perjuangan mereka di tengah berbagai kesulitan.. dan tentu saja.. mencairkan bonus 12 milyar yang pernah saya niatkan...

101 dokumen pribadi
101 dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun