Seringkali dalam hidup bersama, entah dalam hidup menggereja dan hidup bermasyarakat, ada pribadi-pribadi yang karena perhatian dan kepedulian mereka, mereka bekerja lebih keras dari orang lain.Â
Misalnya adalah ada keluarga yang melihat lingkungan kompleks tempat tinggal kurang bersih dan terawat, maka ia menyediakan waktu pribadinya untuk membersihkan dan membakar sampah, juga menata kompleks perumahan sehingga terlihat rapi dan nyaman.Â
Atau ada juga warga masyarakat yang punya perhatian lebih kepada lingkungan tempat tinggalnya, ia memberikan waktu membersihkan menambal lubang di jalan dan mengangkat sampah dari selokan di lingkungan tempat tinggalnya. Semua itu dilakukan untuk kebaikan bersama. Semua itu muncul karena niat baik pribadi seseorang.
Namun, tidak semua orang mampu memahami kebaikan orang lain. Rupanya masih ada kecenderungan untuk menolak niat baik, masih muncul rasa prasangka melihat kebaikan orang lain. Sejujurnya, tidak selamanya niat baik juga diterima dengan baik.
Ada kalanya niat baik malah dibalas dengan prasangka, dengan kecurigaan, bahkan dengan tuduhan mau cari muka dan cari nama. Kebaikan rupanya tidak selalu ditanggapi dengan positif, sebagaimana yang Yesus alami pada bacaan Injil hari ini.
Ketika kita menanggapi niat baik orang lain dengan prasangka dan penolakan, maka rahmat juga tidak akan terjadi. Karena terjadi penolakan, kebaikan dan kasih dari Allah lewat sesama juga tidak akan terlaksana. Prasangka dan kecurigaan adalah sebuah awal dari gagalnya keselamatan. Semoga kita selalu menerima orang lain dengan pikiran dan positif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H