Mohon tunggu...
Martin Rikiwi
Martin Rikiwi Mohon Tunggu... Lainnya - Amrih Dalem Minulya Gusti

Saya hanyalah anak manusia yang masih terus belajar untuk menjadi manusia sepenuhnya dengan cara terus belajar memanusiakan manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Daya Pikat Kuasa

13 Desember 2021   13:20 Diperbarui: 13 Desember 2021   13:21 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nampaknya tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan menolak jika diberikan kekuasaan. Kekuasaan adalah salah satu impian dari banyak orang, karena dengan kekuasaan hidup manusia akan nampak dan terasa menjadi hidup yang enak, nyaman dan terjamin. Kekuasaan adalah salah satu hal yang terus menerus diperebutkan manusia dari zaman ke zaman. Kekuasaan adalah symbol dari kekuatan, symbol dari kemenangan, yang merupakan jaminan bagi kebahagiaan dan kesuksean hidup. Namun apakah memang selalu demikian?
Kekuasaan memang dapat menjadi jalan bagi kita untuk melayani dan mengabdi sesama ketika daya kuasa itu disadari datang dari Allah. Ketika kesadaran bahwa daya kuasa pertama-tama adalah sebuah bentuk kepercayaan Allah kepada kita, maka kita akan lebih bijaksana dan mawas diri dalam menjalankan kekuasaan yang ada di dalam genggaman kita. Namun saat hidup kita tidak lagi dapat mengontrol kekuasaan yang sementara ada di dalam genggaman kita, saat itulah bencana terjadi: bukan lagi kita yang mengontol kekuasaan, namun kekuasaanlah yang berbalik mengontrol kita. Dari yang semestinya menggunakan kekuasaan dengan bijaksana dan menghadirkan cinta kasih dan keadilan kepada sesama berubah menjadi kekuasaan yang "semau gue", yang sewenang-wenang, "yang penting saya senang".

Kuasa, dalam bentuk apapun, selalu memiliki kecenderungan untuk menguasai orang lain. Kuasa di satu sisi menghidupkan, namun di sisi lain juga bisa sangat menjadi sangat mematikan. Seseorang, ketika sudah tidak lagi mampu memaknai kekuasaan sebagai jalan pelayanan, akan menganggap orang lain sebagai ancaman ketika dirinya merasa kehadiran orang lain mengganggu kuasanya. Itulah yang persis menjadi latar belakang Injil hari ini. Kehadiran Yesus yang menentramkan orang lain, yang menghidupkan masyarakat di sekitarnya dan memberikan kekuatan iman bagi orang-orang di sekelilingnya, dianggap ancaman besar bagi para penguasa bangsa Yahudi. Oleh sebab itulah Yesus terus menerus dipojokkan dan dicari-cari kesalahannya. Kita belajar hari bahwa dunia ini memang lebih suka menyingkirkan orang benar dan baik. Kita juga belajar hari ini bahwa kekuasaan duniawi rupanya memiliki kekuatan yang mampu mengelabui kekuasaan ilahi. Ambisi pribadi adalah jalan masuknya bagi dosa menyalahgunakan kekuasaan.

Mari kita sadari bahwa kuasa yang ada dalam hidup kita, entah besar kecil bentuk kekuasaan itu, daya kuasa itu berasal dari Allah. Maka marilah kita pergunakan kuasa yang Tuhan percayakan kepada kita dengan sikap kasih, adil dan bijaksana. Jangan kita gelap mata dan menyatakan bahwa kuasa yang ada dalam hidup kita adalah semata-mata karena usaha pribadi kita saja, karena ketika Allah tidak lagi percaya pada kita dan mencabut kuasa dari hidup kita, maka gigit jari dan penyesalan adalah hal terakhir yang dapat kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun