Mohon tunggu...
Martin Rikiwi
Martin Rikiwi Mohon Tunggu... Lainnya - Amrih Dalem Minulya Gusti

Saya hanyalah anak manusia yang masih terus belajar untuk menjadi manusia sepenuhnya dengan cara terus belajar memanusiakan manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta Mengubah Segalanya

10 Desember 2021   16:31 Diperbarui: 10 Desember 2021   16:39 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta itu luar biasa. Cinta mampu mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Cinta memiliki daya kekuatan yang sangat besar yang menakjubkan. Ketika sepasang insan jatuh cinta, maka dunia ini serasa milik mereka saja. Ketika orang sementara jatuh cinta, segala daya upaya dapat diusahakan demi mimpi bersama. Cinta adalah kekuatan yang ilahi yang saat disadari datang dari Allah, maka cinta mendatangkan rahmat dan sukacita yang besar.

"Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil", begitulah kata St. Paulus di dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Paulus, yang dengan penuh kesetiaan mengabarkan Injil kepada orang-orang sezamannya, memiiki kecintaan yang luar biasa kepada Tuhan. Cintanya itu Paulus wujudkan dengan terus menerus mengabarkan Injil di manapun, kepada siapapun, dan dengan cara apapun. Cinta Paulus kepada Allah membuat Paulus menjadi pribadi yang gigih, pantang menyerah, tidak kenal takut, termasuk takut pada kematian. Paulus telah sampai pada titik kesadaran, bahwa hidupnya semata-mata adalah untuk Kristus. Maka, dalam suka dan duka, dalam senang dan susah, Paulus senantiasa mempersembahkan segala yang ada di dalam hidupnya hanya semata-mata demi kemuliaan Tuhan. Sekalipun Paulus ditolak, sekalipun Paulus ditangkap, sekalipun Paulus dilempari batu, sekalipun Paulus dipenjara, segala macam penderitaan itu tidak mengurangi rasa cinta Paulus kepada Allah dan Kristus. Paulus sungguh-sungguh mengasihi Allah dan Yesus Kristus dengan segenal jiwanya, dengan segenap hatinya, dengan segenap akal budinya dan dengan segenap kekuatannya.

Paulus menampar wajah iman kita bahwa kita datang dan berkarya di dunia ini bukan untuk membesarkan nama kita sendiri. Segala hal yang kita usahakan dan perbuat seharusnya memang semata-mata demi kemuliaan Allah. Ketika kita melayani orang lain dengan rendah hati, kita sebenarnya sementara melayani Tuhan sendiri. Ketika kita dengan ramah meyapa orang lain, ketika kita dengan tulus mengunjungi dan mendoakan sesame yang sementara butuh dukungan, di situlah sebenarnya kita juga sementara mengungkapkan cinta kita kepada Tuhan melalui sesama. Kadang kala kita kebingungan untuk mengungkapkan cinta kepada Tuhan. Padahal jika kita bisa lebih peka lagi untuk melihat segala sesuatu di sekitar kita dengan kacamata iman, sebenarnya Tuhan senantiasa hadir mengunjungi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun