Mohon tunggu...
Martin Rikiwi
Martin Rikiwi Mohon Tunggu... Lainnya - Amrih Dalem Minulya Gusti

Saya hanyalah anak manusia yang masih terus belajar untuk menjadi manusia sepenuhnya dengan cara terus belajar memanusiakan manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adil Itu Bukan Hanya di Tindakan, Adil Juga Tentang Hati dan Pikiran

10 Desember 2021   10:06 Diperbarui: 10 Desember 2021   10:07 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fr. Dkn. Martinus Rikiwi Setiaji, MSC

Menjadi orang baik dan benar rupanya tidak selalu dapat diterima oleh sesama dengan baik. Ketika kita dengan hati dan pikiran yang dipenuhi dengan prasangka dan kebencian kepada sesama, maka kita juga akan sulit untuk melihat dan merasakan kebaikan sesamanya. Ketika kita sudah dikuasai oleh pikiran negatif bahwa "orang lain akan selalu menjahatiku", maka cara pandang kita pun juga akan selalu dipenuhi dengan kejahatan. Ketika kita sudah lebih dahulu berprasangka kepada orang lain, sebenarnya kita membangun tembok pemisah yang memisahkan diri kita sendiri kita dengan orang lain. Ketika kita sudah terbiasa memisahkan diri kita dengan orang lain, maka hidup kita menjadi hidup yang berpusat pada diri sendiri, yang egois, yang pokoknya adalah "Saya aman dan tenang. Masa bodoh dengan orang lain".

Hidup yang dipenuhi dengan prasangka buruk terhadap orang lain adalah hidup yang menyedihkan. Mengapa? Karena mata hati kita sendirilah yang pada akhirnya senantiasa tertuju kepada kebencian dan permusuhan. Percaya tidak percaya, ketika hati dan hidup kita terbiasa dekat dengan rasa benci, maka penyakit akan muncul satu persatu. Penyakit yang sebenarnya berasal dari pikiran dan hati kita sendiri, yang sebenarnya dapat kita jauhkan dari hidup kita. Kebencian dan prasangka membuat diri kita menderita karena segala hal kemudian kita perhitungkan untung ruginya. Semakin lama kebencian dan prasangka menguasai diri kita, semakin diri kita sendiri yang menderita dan dijauhi sesama. Bisa jadi untuk diri kita sendiri, tak ada yang salah dan keliru dengan hidup kita, namun orang lain yang kemudian akan menilai dan menarik kesimpulan bahwa diri kita sementara hidup berteman kebencian dan kesendirian.

Oleh sebab itu, sebelum adil dalam bertindak, kita mesti terlebih dahulu adil di dalam pikiran. Jika belum apa-apa kita sudah memiliki prasangka dan kebencian kepada orang lain, berarti kita tidak adil kepada orang lain di dalam hati dan pikiran kita. Kita mesti membiasakan diri untuk melihat orang lain sebagai bagian dari hidup kita. Kita mesti terbiasa untuk memahani bahwa diri kita juga adalah bagian dari orang lain. Hanya dengan hati dan pikiran yang positiflah kita dapat melihat bahwa orang lain adalah bagian dari hidup kita. Hanya dengan hati yang bersihlah kita dapat memahami bahwa kita adalah saudara bagi sesama kita. Maka, mari kita senantiasa membiasakan diri untuk memiliki hati dan pikiran yang positif, agar kita juga melihat kehadiran Tuhan melalui sesama kita.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun