[caption id="attachment_305202" align="alignnone" width="450" caption="Sumber ilustrasi: http://kolsengon.blogspot.com"][/caption] Duhai ratuku di ladang yang bersahaja ini Kau butakan aku dengan indahnya putih kelopakmu Menggodaku tuk sekedar menyapa hangat dirimu Walaupun cinta kita hanya terpisah satu bedengan saja Ingin ku teriakkan gundah di hati ini Jangan ada tomat diantara kami, wahai paman petani! Tapi aku tak kuasa Aku takut teriakkanku kan menggangu hening dari indah pagimu juga malammu Dan aku hanya mampu memandangmu dari balik sombongnya si tomat merah itu! **** Aku mengagumi ketegaranmu Menyongsong matahari Bukan lantaran kau angkuh Tapi karena ketegaranmu tuk tumbuh walau tanpa naungan sedikitpun **** Aku benci siput! Aku benci Bekicot! Sama seperti bencinya aku dengan ulat pucuk yang selalu menggrogoti indahnya kulit putihmu dan dedaunanmu yang menghijau Aku pun benci ketika mereka memanggil kubis! Apalagi dengan sebutan Brassica oleracea itu! Agak aneh terdengar di telingaku Aku ingin tetap mengenalamu sebagi kembang kol-ku Yang selalu menghisai indahnya ladang ini... **** ladang, Desa Rangkat 27 Oktober 2010 Dari aku, pengagum rahasiamu Wortel A.K.A Daucus carota
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H