Mohon tunggu...
Arif Hidayat
Arif Hidayat Mohon Tunggu... -

yeehhaaaaaahhh..... udah gak kebalik lagiii :)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kucorengkan Saja Mukaku, Daripada Kunodai Lembaran Sakral Itu!

16 Oktober 2010   05:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_291492" align="alignnone" width="300" caption="sumber ilustrasi : http://penyairindo.blogspot.com"][/caption] Aku pyuna pnea brau, kwaan! Pnea ini brau kudpaatkan  tgia pruanma  ynag lalu Pdaa saat gpaura twaa, sdieh dan hrau kumsauki Thaukah hai kwaan! Bnayak seakli pjunagga-pjunagga augng dan ribaun sabda mrekea ynag megnhaisi anetro penodpo Ptautlah kiarnya aku menghmbaakan drii *** lahitlah, kwaan! akpuun mluai mneulis spertei mrekea msekpiun akasakru tkalah sebremkananya aksraa mrekea tpai aku mneulis! ya.. akasakru sneidri! hahaha! ************

Hai bodoh!

ya, kau yang meloncat loncat dan tertawa bodoh!

ya.. kau!

Bukan begitu cara memegang pena

Hai bodoh!

Perhatikan posisi tanganmu saat kau goreskan pena itu!

Lihatlah kebodohanmu, lembaran kertas yang amat sakral itu ternoda oleh keringatmu!

belum lagi tinta yang kau gunakan

tak pantas kau carikkan ke dalam kertas nan sakral itu!

mana tinta emasmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun