Kata pena akulah raja di dunia ini
Siapa yang mengambil aku dengan tangannya
Akan kusampaikan kerjanya
(Syair Persia, Mukaddimah Kitab Bustan al Katibin, Raja Ali Haji)
--~^~--
Nanar pikirku dalam kemelut yang kurajut dalam mimpi dan khayalku, menyisakan hari lalu dan gurau yang tak lagi tahu menahu. Gundahku mungkin terpikat dalam jerat yang ia rajut dalam ramainya lalu lalang nafas-nafas tersengal di atas titian yang terjejak, tapi tidak jiwaku, ia masih memujaku, dan membuatku larut dalam untaian syair dan aksara yang tak lagi terujar.
...
Aku bukanlah jalang
Hanyalah jiwa dalam batas yang terkalang
...
Taklah teramat elok tanganku menguntai
Tiada hias terukir inai
...
Pun tiada guna kuhunuskan badik di pinggang
Goreskan larik dalam syair yang meradang
...
(gurindam)
...
Lelah, hanyalah bunyi yang mereka gaungkan dalam nafas-nafas keputus-asaan. Menghisasi indah dalam gemerincing bunyi rantai yang mengikat kaki, mengiringi setiap langkah di antara jejal pekan yang mereka singgahi. Apakah kau mau membeli mimipi-mimpi kami, tuan? Tanya mereka pada saudagar-saudagar yang tak kalah riang dari gemirincing rantai kaki mereka. Tidak! Aku sudah punya banyak, tapi kalau kau mau menjual sesuatu padaku, maukah kau jual nafasmu? Balas saudagar tak kalah culas berharap keabadian menghantar dari sisa-sisa nafas yang terengah, Hah! Baiklah tuan, tapi kami mohon sisakan sedikit nafas kami tuk sekedar menghantar esok, lusa taklah lagi kami peduli, bukan lagi milik kami!, jawab mereka dalam nada yang tak lagi teriring sesal. Dan aku hanya bisa terdiam di sudut pekan, menyisakan aku dan perniagaan mereka diantara kelamnya tatapan sinis dan iba.
Adat yang teradat? Jangan kau samakan dengan kebajikan luhur yang kami wariskan dari moyang kami, tuan!
...
Pekan kutatap dalam terhening
Dibayang ramai sudut gelisah
Negeriku kini serasa asing
Budi dan laku sudah terpisah
...
Dibayang ramai sudut gelisah
Pokok menjulang tawarkan teduh
Budi dan laku sudah terpisah
Kemanakah lagi empati berlabuh
...
Pokok menjulang tawarkan teduh
Dedaunan dan ranting bagai tempias
Kemanakah lagi empati berlabuh
Kini nurani sudah terbias
...
Dedaunan dan ranting bagai tempias
Menghias indah pokok cempaka
Kini nurani sudah terbias
Mengubur mimpi-mimpi dalam lelapnya duka
...
Menghias indah pokok cempaka
Kembang menguning disunting dara
Mengubur mimpi-mimpi dalam lelapnya duka
Dikala nyata hanya sisakan lara
...
Kembang menguning disunting dara
Wangi menghias di ujung ranting
Dikala nyata hanya sisakan lara
Kemanakah lagi nurani kusunting
...
Wangi menghias di ujung ranting
Ranting kupatah tiada berduri
Kemanakah lagi nurani kusunting
Lewat larikmu kah, hai sang pencari?
...
(seloka)
...
Katakan pada larik-larik mantra yang kau gubah, Kawan! Ketika kau rapalkan itu bersaaman dendang bait yang bercanda dalam kekakuan yang terpecahkan. Aku mendengar tawa! Tapi bukan tawa yang ramah, tak pun hangat. Apakah kau titipkan dalam baris indah katamu?
...
Jakarta, 10 Dzulhijjah 1431 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H