Mohon tunggu...
Juson Ali'eha
Juson Ali'eha Mohon Tunggu... -

Saya Juson, seorang warga negara yang punya hak Kependudukan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AGAMA, UANG DAN RUMAH KOST

10 Februari 2011   01:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:44 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kota secara administrative merupakan ibukota pemerintahan, secara geografis dan sosiologis merupakan daerah tempat tinggal manusia yang identik dengan masyarakat urban. Salah satu contoh kota sebagai daerah urban adalah ibu kota provinsi seperti kota medan misalnya. Beragam motifasi penduduk desa untuk hijrah kekota, seperti pencarian kerja, melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi, juga menikmati kebebasan yang tidak ditemukan di daerah pedesaan. Salah satu faktor dominan perpindahan penduduk adalah melanjutkan pendidika ke jenjang Perguruan Tinggi (kuliah-red). Fenomena ini merupakan salah satu ekses atas minimnya akses pendidikan tinggi di daerah pedesaan bahkan daerah ibu kota kabupaten secara administrative.

Secara sosiologis masyarakat kota menjadi masyarakat yang sangat kompleks, terbuka, beragam ciri dan karakter juga latar belakang ekonomi serta kepercayaan (Agama-red). Hal ini tentu sangat bermanfaat untuk mendorong berkembanganya sikap-sikap pluralisme dan toleransi dalam kehidupan social-ekonomi masyarakat. Namun semua ini harus di imbangi pula dengan sikap penerimaan masyarakat kota sendiri terhadap pendatang atau masyarakat desa.

Sudah sangat umum kita lihat bahwa fenomena masyarakat urban ini menjadi bagaian yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi masyarakat perkotaan. Seperti berkembangnya sikap masyakata desa yang tinggal di kota untuk menikmati sekian banyak cara hidup masyarakat perkotaan. Misalnya menikmati pusat-pusat jajanan dari kelas ekonomis hingga elit, mudahnya akses atas jasa teknologi dan terpenting jasa tempat tinggal. Saya ingin melihat salah satu fenomena yang muncul secara ekonomis adalah perkembangan penyediaan jasa tempat tinggal (Kost-kost an). Perkembangan ini lebih dipacu oleh meninggkatnya perpindahan penduduk dari desa ataupun kota kecil untuk melanjutkan kuliah di ibu kota.

Menjelang penerimaan mahasiswa baru, para peyedia jasa ruma kost melakukan serangkaian promosi hingga tawaran-tawaran menjanjikan untuk kenyamanan sebuah tempat tingal. Semua ini merupakan bagian yang harus di lakukan oleh para penyedia jasa kost untuk mendorong para calon mahasiswa baru ataupun mahasiswa baru mendapat informasi agar tidak kebingungan memilih dimana akan tinggal selama proses studi di kota. Dengan pertimbangan pertimbangan penting dan mendasar. Salah satu diantaranya jarak tempuh dari tempat kuliah yang dia inginkan. Kebanyakan rumah-rumah kost berada di sekitaran kampus yang nota benenya adalah merupakan daerah kota yang dekat dengan sikap-sikap intelektualisme, kebebasan dan kemandirian. Maka jika berjalan disekitaran kampus kita akan melihat beberapa pemandangan yang tlisan penerimaan anak kost. Tetapi ada hal yang sangat mengejutkan dengan sikap para penyedia jasa kost yang selalu memasang iklan kost penuh diskriminatif ataupun perilaku primordialisme. Salah satu yang paling mencolok adalah diskriminasi atas dasar Agama. Beberapa ruma kost memasang iklan bertuliskan “menerima anak kost muslim”. Sekilas tulisan iklan ini tidaklah merupakan sebuah gangguan yang cukup berarti. Namun setelah kita kaji lebih dalam ternyata tulisan ini memberikan kesan pertama bahwa jika ingin hidup di Kota dan tinggal satu kost dengan sesama mahasiswa, maka sikap yang pertama adalah harus se Agama. Tentu hal ini menyebabkan dampak yang cukup negative terhadap perkembangan pemikiran masyarakat kota. Jika semua peyedia jasa kost menuliskan iklan penuh diskriminatif seperti itu, katakanlah yang memiliki usaha kost merupakan kristiani, menuliskan iklan “menerima anak kost Kristen” begitu juga dengan agama yang lain, maka potensi pengkotak-kotakan mahasiswa ataupun masyarakat kota akan semakin meningkat.

Padahal jika ditinjau dari beberapa aspek, seperti aspek ekonomis, sebenarnya penyediaan jasa kost adalah berpatokan pada nilai ekonomis/keuntungan yang datang setiap bulan atapun setiap tahunya, tentu ukuranya adalah Uang. Maka menjadi pertanyaan kritis, Apakah uang memiliki agama, atau agama itu memiliki uang. adakah perubahan nilai mata uang jika uang tersebut datang dari seseorang yang beragama tertentu. Kedua jika dasar diskriminasi penerimaan anak kost tersebut adalah factor kenyamanan, apakah agama tertentu diluar dari iklan tersebut secara historis ataupun kenyataan sehari-hari merupakan kelompok dalam masyarakat yang selalu tidak memberi rasa nyaman dalam kehidupan ?

Sering sekali perbedaan faktor makanan menjadi alasan dalam sikap-sikap seperti iklan diatas, sejauh yang saya pahami perbedaan tersebut tidak menjadi masalah diantara anak kost yang menerima semua agama. Karena mereka juga mengerti akan semua hal yang tidak bisa dilakukan bersama-sama diantara anak-anak kost yang memiliki perbedaan keyakinan. Situasi demikian akan semakin menyuburkan kehidupan masyarakat yang toleran dan akan menumbuhkan contoh masyarakat pluralis. Menurut saya, seharusnya menjelang penerimaan mahasiswa baru, kesan pertama yang harus diberikan kepada masyarakat yang datang dari desa ketika pertama sekali masuk kota adalah membangaun wacana dan sikap masyarakat terbuka terhadap siapapun tanpa ada sikap-sikap yang berpotensi untuk menimbulkan sikap diskriminatif diantara masyarakat.

Tulisan ini sampai pada kesimpulan jika kelak memiliki niat ntuk membangun usaha rumah kost yang paling pertama iklan yang harus saya pasang adalah : “menerima anak kost semua agama juga atheis/tidak beragama !”

Medan, 15 Juni 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun