Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Biaya Pendidikan di Sekolah Berstandar Internasional

5 Januari 2015   14:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:47 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada fenomena menarik terjadi di dunia pendidikan kita beberapa tahun belakangan. Yakni menjamurnya sekolah-sekolah swasta yang untuk biaya masuk saja, bisa sampai Rp 150 juta dan biaya bulanan Rp 5 juta sampai Rp 10 juta perbulan. Tak sekadar mahal, sekolah-sekolah ini memang serius siapkan layanan, sarana dan sistem pendidikan berkelas. Segala fasilitas ada. Pakaian, buku hingga bahkan makanan yang disajikan, sehat dan bernutrisi terkontrol sebab dipantau oleh ahli gizi.


Dipatok dengan harga mahal, tentu saja sekolah-sekolah swasta tersebut kerap dipandang sekolahnya kaum borju (kelas atas). Namun biarpun tergolong mahal atau mungkin tak terjangkau untuk sebagian besar masyarakat Indonesia, ternyata peminat sekolah-sekolah yang menasbihkan diri berstandar internasional ini sangat banyak. Saban tahun, pendaftar bahkan kerap harus antri atau mengikuti seleksi ketat.


Ini mengindikasikan bila sebetulnya masyarakat Indonesia kian sejahtera, makin peduli pada pendidikan, serta nampak kurang percaya pada kualitas pendidikan yang disediakan oleh negara. Beberaapa waktu yang lalu, saya dapatkan informasi dari pengelola sebuah sekolah swasta di daerah Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, bahwa pendaftar di sekolah tersebut sudah melebihi kuota, yaitu rencana menerima 200 siswa untuk tahun ajaran 2014/2015. Meski demikian, masih saja tetap banyak yang terus mendaftar hingga kini. Padahal tahun ajaran baru menyisakan tenggat satu semester. Tak peduli mahal, nampaknya para orang tua sangat antusias sekolahkan anaknya di lembaga pendidikan berasrama tersebut, karena mengejar berkualitas.


Masuk di sekokah-sekolah swasta yang harus rogoh kocek dalam-dalam (belum termasuk pembayaran bulanan), sepertinya tak masalah, asal anak-anak diberikan pendidikan yang terbaik. Pendidikan memang salah satu investasi yang hasilnya pasti bakal dituai. Karena itu, tak heran jika mereka yang memiliki kemampuan finansial tak terbatas, bisa dengan bebas memilihkan sekolah terbaik bagi anak-anaknya. Bagaimana dengan kalangan masyarakat menengah-bawah yang juga inginkan pendidikan berkualitas bagi anak-anaknya?


Ternyata, masuk di sekolah swasta berkualitas tak melulu diukur dari kemampuan finansial. Ada banyak sekolah swasta yang uang pangkalnya sangat tinggi, juga berikan beasiswa bagi anak-anak berprestasi. Bahkan sekolah swasta di kawasan BSD tersebut di atas, dengan biaya masuk di bawah Rp 100 juta, alokasikan 20% kuota untuk beasiswa bagi anak-anak berprestasi.


Prestasinya tak mesti akademik. Bisa prestasi di bindang olah raga, seni, verbal (menulis/pidato), dan lain sebagainya. Selama seorang anak punya talenta khusus di atas rata-rata, ia bisa masuk dan sekolah di sana secara cuma-cuma. Tidak bayar sepeserpun dari sejak masuk hingga lulus. Bahkan disediakan pakaian, buku-buku, hingga uang saku bulanan bagi mereka penerima beasiswa. Sekolah bermisi sosial ini terapkan subsidi silang. Untuk terus kembangkan talenta, anak-anak penerima beasiswa tersebut juga diberikan pendampingan dari sebuah organisasi yang bermitra dengan sekolah. Bila saja semua sekolah swasta berstandar Internasional berlakukan demikian, saya kira akan sangat membantu pencerdasan bangsa.


Kalau kualitas institusi pendidikan negeri belum juga dibenahi, nampaknya kita para orang tua harus bekerja lebih keras dan mesti punya pendapatan besar, bila mau anak-anak dapat asupan pendidikan bergizi. Atau tempuh cara kedua, tempa anak untuk jadi insan cerdas sarat prestasi agar tawaran beasiswa banyak menghampiri. Entah beasiswa dari negara maupun swasta. Sebab beasiswa untuk kaum dhuafa pun, hajatkan punya kecerdasan. Tak harus mahir intelektual, bisa saja pupuk intelejensi seni, bahasa, kepemimpinan, atau yang lainnya.


Bagi yang berjiwa bisnis, fenomena masyarakat yang kian sadar akan arti pendidikan dan gandrung pendidikan berkualitas ini, bisa jadi peluang bisnis yang sangat cerah. Teringat kata-kata seorang senior saya di HIPMI, bahwa salah satu sektor bisnis yang prospeknya bagus adalah bisnis pendidikan. Selama orang-orang masih ingin belajar, cerdas dan miliki masa depan, hampir dipastikan jika bisnis pendidikan tak akan mati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun