Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tuah Nontunai di Masa Pandemi

2 April 2020   17:43 Diperbarui: 2 April 2020   18:04 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, dompet digital memberikan benefit kepada pelaku usaha. Berdampak positif pada efisiensi. Baik penyedia layanan, maupun merchant yang jadi ujung tombak di meja transaksi. Tak ada lagi biaya operasional mobilisasi hingga penyimpanan uang tunai. Sebab semua nilai transaksi langsung masuk ke rekening. Bahkan tercatat rapih setiap rupiahnya.

Efisiensi yang dinikmati pelaku usaha memungkinkan terdistribusi kepada masyarakat dalam bentuk kompensasi, hingga pemberian insentif. Misalnya, merealokasi penghematan dari penggunaan transaksi berbasis digital untuk pengembangan teknologi, atau bahkan diwujudkan dengan potongan harga yang dapat dinikmati oleh konsumen maupun merchant sehingga cashless semakin tersosialisasi.

Ketiga, transaksi cashless juga memberi keuntungan kepada pemerintah. Proses bisnis perlahan jadi lebih ekonomis. Paradigma masyarakat terhadap pentingnya mengeliminir praktik-praktik ekonomi berbiaya mahal mulai terbuka. Sehingga mendorong budaya baru, praktik ekonomi berbiaya murah.

Budaya ekonomi berbasis efisiensi memang masih jauh untuk dikatakan sempurna. Namun, inovasi keuangan yang menampilkan tekfin di garda terdepan, membuka relung kesadaran bahwa deru gelobang teknologi dan digitalisasi memberikan banyak benefit sehingga semakin masif diadopsi.

Keempat, mendorong transparansi keuangan dan memperkecil ruang praktik korupsi.  Bila setiap orang (dipaksa) terkoneksi dengan infrastuktur transaksi digital, maka aliran uang akan dengan mudah ditelusuri. Akan terlihat kemana uang itu pergi dan kemana dibelanjakan. Mempersempit ruang penyelidikan bagi akuntan forensik dalam mengungkap korupsi. Bahkan semua jenis kejahatan yang terkait dengan keuangan.

Kelima, dampak terhadap kesehatan. Poin ini sebetulnya masih baru. Seiring ledakan virus korona di berbagai belahan dunia. Penyebaran covid-19 dikhawatirkan terjadi melalui uang tunai. Baik uang logam maupun uang kertas. Kedua material ini, terbukti bisa menjadi tempat transit virus dan bertahan dalam hitungan hari.

Tak ayal, pandemi korona yang belum ketahuan ujungnya ini bakal semakin memperkuat kesadaran transaksi nontunai. Kewaspadaan mendorong masyarakat melakukan berbagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran si virus menakutkan. Termasuk beralih menggunakan instrumen transaksi nontunai. Bahkan akan menjadi budaya baru dalam praktik ekonomi pascakorona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun