Gelontoran modal jumbo yang disuntikan para investor ke ekosistem ekonomi digital memang jadi energi memacu transaksi nontunai melalui aneka promo untuk meningkatkan minat masyarakat pada metode pembayaran anyar ini. Mengutip sigi yang pernah dilakukan oleh Litbang Kompas, promo potongan harga menjadi pertimbangan utama mayoritas responden (38,9 persen) menggunakan aplikasi nontunai. Disusul karena alasan kepraktisan. Jika dilakukan survei lagi, tampaknya aspek higienitas bisa jadi salah satu pertimbangan baru.
Dompet Digital
Dalam tiga tahun terakhir, layanan dompet digital menjadi katalisator yang mendorong penguatan transaksi nontunai. Tengok saja, saban hari melangkahkan kaki ke pusat-pusat perbelanjaan, kita dijemput oleh lusinan banner promosi yang ditawarkan oleh dompet digital. Terdisplay dengan desain menggugah dan kalimat copywriting sarat godaan. Dipajang di tempat strategis. Yang mudah tersapu pandangan.
Promosi aneka dompet digital menyapa sejak di pintu masuk mal. Ada pula yang dijejer di meja kasir kedai kopi, restoran, hingga toko pakaian. Bentuk promonya variatif. Mulai dari yang menawarkan uang kembali (cashback), potongan harga (discount), beli satu gratis satu, serta aneka mantra pemasaran lainnya.
Yang menarik, distribusi dompet digital itu tak tersegmentasi sempit. Tidak cuma menyasar konsumen yang jajan di pusat-pusat perbelanjaan kelas atas. Namun juga sudah merambah ke kedai-kedai kopi di pinggir jalan. Gerobak-gerobak mie kaki lima hingga penjual gorengan tak mau ketinggalan. Juga ramai dengan stiker quick respons code atau QR Code dompet digital. QR Indonesia Standard (QRIS) merupakan upaya BI mendorong integrasi transaksi nontunai.
Ledakan dompet digital juga terlihat dari munculnya usaha rintisan tekfin yang berstatus unicorn. Yakni, startup bervaluasi di atas 1 miliar dolar atau setara kurang lebih Rp14 triliun rupiah. Mahkota unicorn itu disandang oleh salah satu startup tekfin yang terafiliasi dengan salah satu konglomerasi bisnis papan atas di Indonesia.
Startup unicorn ini lahir organik sebagai tekfin. Bukan pengembangan dari bisnis induknya seperti beberapa tekfin yang lain yang dilahirkan dari rahim startup transportasi atau ecommerce. Eksistensi sang tekfin unicorn menunjukkan bahwa memang potensi pasar di segmen ini amat menjanjikan. Memacu para pemodal bertaruh peruntungan. Meski teramat sengit medan persaingan.
Hal itu diakui oleh investor utama tekfin unicorn. Secara gamblang menyatakan bila suntikan modal yang diguyur betul-betul menguras keuangan. Bikin keteteran. Apalagi kompetitor tak tinggal diam. Baik tekfin dari kalangan BUMN yang punya sindikasi modal besar, maupun kompetitor lain yang juga masih bagian dari startup unicorn ternama atau terafiliasi dengan venture capital kelas kakap di kancah global dan nasional.
Gurita dompet digital yang kini jadi ujung tombak tekfin merupakan kabar baik. Mendorong pertumbuhan industri keuangan agar semakin terbuka. Digitalisasi dan teknologi membuka akses masyarakat pelaku ekonomi untuk berinteraksi dengan institusi keuangan. Bahkan menjadi nasabah aktif.
Masyarakat yang dulu enggan berurusan dengan bank karena citranya banyak aturan, serta berbiaya tinggi ketika melakukan transaksi, kini berbondong-bondong membuka rekening dan dompet digital. Kesan eksklusif institusi keuangan tradisional perlahan sirna. Berkat tekfin.
Multi Benefit Nontunai
Penggunaan dompet digital dan berbagai layanan nontunai memberikan banyak benefit. Pertama, benefit kepada masyarakat/pengguna pembayaran berbasis digital. Lebih praktis dalam proses transaksi. Keamanannya jauh lebih baik. Tak lagi khawatir dijambret atau kecopetan. Meski memang kejahatan keuangan juga perlahan merambah ke ranah digital. Namun tampaknya lebih aman ketimbang jambret bersenjata silet.