Studi Mckinsey Global Institute yang memproyeksikan ada 800 juta tenaga kerja secara global bakal tereliminasi oleh sistem otomatisasi. Dan kini, bukan isapan jempol lagi. Studi yang dirilis akhir tahun 2017 tersebut, perlahan mulai terbukti.
Di dalam negeri, industri yang dalam operasinya bersentuhan dengan teknologi berbondong-bondong mulai memangkas tenaga kerja, menutup kantor cabang, dan beralih menggunakan aplikasi. Hal itu paling kentara terjadi di industri perbankan.
Satu persatu bank di tanah air meluncurkan aplikasi mereka. Belanja modal diperkuat di sektor teknologi informasi. Bukan cuma mengejar efisiensi yang pasti diraih dengan adopsi teknologi. Inovasi ini juga sudah menjadi tuntutan di tengah ancaman pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup teknologi keuangan, yang siap mengakuisisi nasabah jika bank enggan berbenah.
Tak ayal, transformasi industri keuangan ke arah digitalisasi membuka mata kita bahwa gemuruh otomatisasi jadi ancaman nyata bagi para pekerja.
Maka wajar saja bila shifting atau peralihan yang terjadi di industri tenaga kerja dari konvensional ke digital membuat banyak pihak ketar-ketir.Â
Dampaknya bukan cuma jadi risiko para pekerja. Namun juga industri yang sepintas tak terkait langsung dengan dunia tenaga kerja. Sebutlah misalnya industri properti.
Shifting atau digitalisasi yang terjadi di dunia tenaga kerja rupanya berdampak signifikan pada industri properti. Indikasi ini dapat kita lihat dari penurunan okupansi atau tingkat keterisian ruang kantor di kawasan-kawasan bisnis.
Mengutip Laporan Jones Lang LaSalle (JLL), perkantoran di kawasan CBD dan non-CBD merosot hingga ada kawasan perkantoran yang hanya terisi 70%.
Ada tiga faktor yang menjadi penyebab mengapa implikasi shifting ini merambah ke industri properti.
Pertama, tren bisnis digital di kalangan generasi milenial yang merupakan kontributor terbesar di pasar tenaga kerja. Dalam bisnis berbasis online, yang naik daun lima tahun terakhir, para pelaku bisnis tak lagi memerlukan ruang kantor secara fisik.
Kantor memang satu kebutuhan primer bagi pelaku bisnis. Namun terminologi kantor kini tidak lagi diartikan secara sempit. Industri berubah. Ruang kantor pebisnis di era digital adalah koneksi internet dan komputer atau laptop. Di jaringan internet, bisnis online dioperasilkan dari rumah atau bahkan dari garasi.