Mohon tunggu...
Jusman Jati
Jusman Jati Mohon Tunggu... -

Just a Man\r\nLove for All Hatred for None\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadilah Orang Baik dan Berbuat Kebaikan

11 Juni 2013   13:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:12 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu ketika seorang pertapa suci ingin berjalan-jalan ke kota setelah sekian lama beribadat di puncak gunung, dalam perjalanannya, dia bertemu dengan banyak orang yang menderita.
Dia bertemu dengan seorang yang kelaparan
Dia bertemu dengan orang yang lumpuh tak berdaya
Dia bertemu dengan seorang miskin yang tergeletak meninggal dunia di jalanan
Dalam kesedihannya menyaksiakan semua itu, ia berseru kepada Tuhan:
"Ya Tuhan, tidakkan Engkau menyaksikan semua penderitaan ini? Tidakkah tersentuh hati-Mu? Tidakkah Engkau berbuat sesuatu terhadap penderitaan tersebut?
Dalam keheningannya itu, Tuhan menjawab:
"Siapa bilang Aku tidak berbuat sesuatu. Aku telah berbuat sesuatu: yaitu dengan menciptakan kamu!"


Kisah ini memang bukan kisah sebenarnya, tetapi ini adalah gambaran tentang pentingnya kepedulian sosial dan amal saleh. Di dalam Islam banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang pentingnya iman dan amal saleh, dimana ada iman disitu disebutkan amal saleh, keduanya saling menguatkan. Naiknya iman akan berdampak pada bagusnya amal. Bagusnya shalat akan berdampak pada terhindarnya dari keji dan munkar dan akan menjadi orang yang paling baik bagi sesama.

Tetapi sering kali kita dapati orang-orang yang bagus dalam hal ritual ibadah tetapi tidak tidak cukup bagus dalam ritual sosial. Banyak orang berjamaah dalam shalat, tetapi tidak berjamaah dalam sosial dan sebaliknya malah bermusuhan dan saling menjatuhkan. Sehingga kita akan dapati suatu masyarakat dimana di dalamnya banyak orang baik-baik yang memang tidak berbuat kejahatan, tetapi sekaligus juga tidak pernah melawan kejahatan, orang baik-baik yang tidak pernah berbuat kebaikan. Minimnya kepedulian sosial ini akan berdampak pada masyarakat yang acuh. Tepat apa yang dikatakan oleh Martin Luther Jr. :


”Sebab kejahatan merajalela bukan karena ulah para penjahat, tapi juga karena kebisuan orang baik."


Begitu juga penderitaan, kemiskinan, banyak disebabkan oleh bisunya orang-orang baik.

Dalam kaitan ini Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan tentang akhlak di dalam Buku Filsafat Ajaran Islam, beliau menjelaskan bahwa akhlak adalah proses dua tahap yang mengharuskan kita untuk MELAKUKAN KEBAIKAN dan pada saat yang sama MENINGGALKAN KEJAHATAN.

Seorang yang tidak berbuat jahat atau MENINGGALKAN KEJAHATAN itu adalah baik, dimana lidah, tangan, mata atau salah satu anggota badannya yang lain tidak mendatangkan kerugian pada harta, kehormatan, dan jiwa orang lain; atau berniat menimbulkan kerugian serta kerusakan pada nama baik seseorang.

Tetapi hal itu masih lemah dan belum cukup. Selama dia belum melakukan tahap selanjutnya yaitu tahap MELAKUKAN  KEBAIKAN. Yaitu lidah, tangan, harta, dan ilmunya, atau dengan perantaraan sarana lain, memberikan manfaat pada harta atau kehormatan orang lain; atau bermaksud menzahirkan kemegahan maupun kehormatannya. Atau, bila seseorang telah berbuat suatu aniaya terhadapnya, ia mampu memberi maaf atas hukuman yang patut ditimpakan kepada si penganiaya, dan melalui cara itu dapat memberi faedah kepada orang tersebut dengan menghindarkannya dari kesusahan, dan hukuman badan serta denda. Atau, memberi orang itu hukuman sedemikian rupa yang pada hakikatnya bagi dia merupakan suatu rahmat.

Jika keberimanan seseorang sejalan dengan pemaknaan ini maka tentu kita tidak akan menjumpai insan-insan beragama yang shaleh hanya dalam ritual ibadah saja. Kita perlu untuk mengubah masyarakat yang 'jahat' sehingga mereka meninggalkan kejahatannya. Dan lebih dari itu kita butuh masyarakat yang sudah meninggalkan kejahatannya agar tidak hanya diam dan nyaman dengan pencapaiannya - dengan melakukan kebaikan-kebaikan di dalam masyarakat. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan dengan menjunjung tinggi sisi kemanusiaan yaitu kebaikan universal, bukan kebaikan yang disekat oleh golongan, ras, suku bahkan agama

Sebagai Muslim saya akan jelaskan satu ayat paling awal yang memiliki makna mendalam tentang kebaikan universal.

Alhamdulillahi robbil alamin (segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam)

Seorang Muslim diperintahkan oleh Allah taala untuk shalat lima kali sehari dan membaca ayat tersebut tidak kurang dari tiga puluh dua kali setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun