[caption caption="Foto ilustrasi, sumber: google"][/caption]
Belakangan ini dunia medsos kita heboh dengan pemberitaan tewasnya Mirna Salihin ketika sedang minum kopi bersama dua temannya. Peristiwa ini hanya selang beberapa hari atau beberapa waktu dari kejadian teror di jalan MH Thamrin Jakarta pusat.
Setelah kejadian kopi campur sianida ini, entah kebetulan atau tidak, marak informasi tentang ancaman teror yang konon akan dilakukan dengan menggunakan racun Sianida. Jika benar racun Sianida menjadi media teror mereka, ada satu fikiran yang terlintas di benak saya. Apakah benar ancaman teror tersebut karena terinspirasi racun sianida yang terdapat di kopi mirna, atau justru sianida di dalam kopi mirna itu merupakan bagian dari terror itu sendiri yang merupakan titik awal dari rencana para teroris?
Perlu diingat, kejadian tewasnya Mirna karena racun sianida hampir bersamaan dengan teror bom Thamrin. Hanya selang beberapa hari sebelum aksi teroris di Thamrin.
Apakah pelaku racun Mirna tersebut (ternyata) seorang teroris yang sedang coba-coba melakukan aksi teror di jakarta? Bisa saja pelakunya seorang teroris yang sengaja ditanam oleh kelompoknya di satu tempat (pekerjaan) tertentu tanpa seorangpun yang mengetahui? Atau orang tersebut tiba-tiba saja menyusup begitu saja saat pembuat kopi lengah? Mungkin saja bisa. Mari kita buka kembali ingatan kita... Bukankah salah seorang perakit bom Mariot adalah seorang pekerja di hotel sebagai penata bunga? Penata bunga tersebut tidak pernah disangka-sangka sebelumnya bahwa dia terlibat aksi teror, karena dia sendiri bekerja di hotel itu.
Jika menilik kasus terbunuhnya Mirna di mana Jessika ditetapkan sebagai tersangka, tetapi hingga saat ini tidak mengakui bahwa dialah sang penabur racun tersebut, muncul sebersit pertanyaan yang cukup menggelitik. Apakah sesempurna itu, pelaku penabur racun menunggui orang yang akan mati karena racunnya? Lalu sikap dan perilaku Jessika yang begitu tenang dalam berbagai kesempatan, apakah sesempurna itu seseorang yang posisinya sudah sebagai tersangka bisa menyembunyikan rasa cemasnya di depan publik? Apakah Jessika hanya ketiban sial saja karena kopi pesanannya ditabur racun oleh seseorang? Kalau seperti itu, kasihan Jessika.
Artikel ini bukan hendak membela siapapun, bukan untuk memanas-manasi siapapun, dan bukan bermaksud menyudutkan siapapun pihak yang terkait dalam peristiwa ini, tetapi hanya satu lintas fikiran yang muncul tiba-tiba sehubungan maraknya isu ancaman teror yang disinyalir hendak menggunakan media racun sianida dengan peristiwa sebelumnya (sianida di kopi Mirna). Toh segala kemungkinan bisa saja terjadi mengingat hingga saat ini Jessika belum ditetapkan sebagai terpidana atas kematian Mirna. Sebagai penutup tulisan ini perlu saya sampaikan bahwa ini hanyalah opini pribadi semata. Salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H