Di dunia maya dan di beberapa messenger, banyak beredar cerita tentang Indomie. Ada yang jorok, lucu, kasar, fantasi, atau bahkan beraroma persaingan antar produk mi instan. Konteksnya tentu karena pada saat yang bersamaan sedang berlangsung program promosi Indomie dengan nama “Cerita Indomiemu”. Lewat program ini, konsumen diajak untuk mengirimkan pengalaman mereka yang ada hubungannya dengan Indomie. Beberapa cerita jalur “indie” yang sempat saya baca antara lain :
- “Aku beli indomie karena di bungkusnya ada gambar telur, paha ayam, dan sayuran. Tapi saat aku buka cuma ada mie sama bumbunya doang. Sejak itu, aku gak mau lagi beli indomie. Ini ceritaku dan aku gak mau dengar ceritamu....!!!”
- “Heran gue sampe sekarang. Indomie goreng kok masaknya direbus yeh bukannya digoreng? Aturan namanya jadi indomie rebus dikecapin. Hahahahaha.. Ini ceritaku mana ceritamu?”
- “Ketika aku berumur 5 tahun banjir melanda rumah kami, tetapi bapak lebih memilih mengevakuasi 5 kardus Indomie daripada aku. Itu ceritaku, apa ceritamu?”
Program ini sendiri sebetulnya agak di luar kebiasaan. Program promosi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu (yaitu mengirimkan cerita) namun tidak sedikitpun mengumumkan hadiah apa yang akan diberikan kepada yang telah mengirimkan cerita atau ceritanya bagus. Hanya terlihat secara implisit dari beberapa iklannya yang ada (mudah-mudahan bukan hasil rekayasa agensi iklan Indomie), jika ceritanya bagus mungkin akan ditayangkan sebagai iklan di televisi nasional. Kedua, program ini pun tidak menetapkan syarat dan ketentuan bagi peserta termasuk batas akhir pengiriman cerita. Maka tidak salah jika banyak yang menganggap program ini adalah 100% kreasi agensi iklan tanpa melibatkan konsumen yang sebenarnya. Terlepas dari ketidakjelasan ketentuan, program ini saya rasa sangat berhasil sebagai bentuk brand activation. Indomie berhasil mendekatkan merek dengan konsumennya melalui cerita pengalaman pribadi masing-masing konsumen. Termasuk beredarnya cerita berbagai versi di internet, forum, social media, messenger, dan percakapan langsung yang jumlahnya lebih banyak daripada yang telah tayang sebagai iklan. Hal ini membuat brand image Indomie semakin kuat tertanam di benak banyak orang. Tanpa harus memberikan kompensasi apapun, pembuat cerita jalur “indie” ini telah dengan sukarela bertindak sebagai tenaga promosi bagi Indomie. Begitu juga dengan saya, yang dengan sukarela ikut-ikutan ngomongin Indomie. Jangan marah ya Mie Sedaap.. hehehe.. My Profile my short bio
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H