Jika kita berpikir bahwa faktor penentu keberhasilan industri pariwisata adalah sebatas sarana wisata fisik, hal ini adalah keliru. Keberadaan hotel, bandara, terminal, restoran, penerbangan, bis, taksi, pemandu wisata, obyek wisata, dan sarana-sarana fisik lainnya memang betul dibutuhkan oleh wisatawan, meski ada hal lain yang sebenarnya lebih esensial.
Saat ke Bali untuk mengikuti konferensi ETAR 2014 kemarin, saya baru memahami key success factor majunya industri pariwisata di sana. Hal tersebut terjadi ketika saya menyewa sepeda motor sebagai sarana transportasi selama di Bali. Saya memilih sepeda motor karena hanya bepergian sendiri dan mengingat lalu lintas di Bali yang sudah sering macet di berbagai tempat.
Beberapa hal menarik yang saya temui dan saya anggap sebagai faktor esensial pariwisata Bali antara lain:
- "Ini STNKnya foto kopi mas, tapi aman kok. Polisi sudah tahu kalo motor/mobil sewaan". Pernyataan tersebut terlontar dari pemilik jasa penyewaan saat serah terima sepeda motor. Sesuai aturan, kendaraan di jalan raya harus dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Namun jika STNK asli dibawa bersama penyewa, pemilik sepeda motor merasa khawatir adanya potensi tindak pencurian. Hal ini tentu membantu perkembangan industri pariwisata, jika memang benar pihak kepolisian sudah mengetahuinya. Kebijakan dari berbagai instansi yang mendorong iklim pariwisata yang kondusif tentu harus diapresiasi dan bisa diterapkan juga di berbagai daerah pariwisata lain.
- Selama parkir di berbagai tempat, saya cukup menggantungkan helm di kaca spion sepeda motor tanpa takut hilang. Saya tidak harus membawa helm turun atau menitipkan ke tempat penitipan helm yang biasa saya jumpai di kota lain. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Bali sangat peduli adanya tindak pencurian akan mencemarkan Bali dan membuat wisatawan tidak akan datang kembali ke Bali.
- Karena kali ini adalah pertama kali menyewa sepeda motor, saya sempat tanya keberadaan kunci ganda saat serah terima. Pemilik jasa penyewaan sepeda motor hanya tertawa kecil dan menjawab bahwa dia kesulitan mencari toko yang menjual kunci ganda tersebut. Saya tidak mengecek lebih lanjut pernyataannya dengan mendatangi toko penjual aksesoris sepeda motor satu per satu. Repot amat. Hehehe... Jika hal ini memang benar berarti Bali dapat dikatakan aman. Lagi-lagi terlihat bahwa masyarakat Bali sangat peduli adanya tindak pencurian akan mencemarkan Bali dan membuat wisatawan tidak akan datang kembali ke Bali.
Dari beberapa hal tersebut saya dapat memahami mengapa Bali sukses sebagai tujuan wisata. Key success factor Bali bukan hanya banyaknya sarana wisata fisik tapi yang lebih penting lagi adalah adanya kesadaran bersama akan pentingnya pariwisata. Percuma pelaku industri pariwisata berupaya sedemikian rupa jika masyarakat umum tidak peduli pentingnya suasana kondusif untuk pariwisata. Semoga key success factor ini dapat ditiru oleh daerah lain dan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang jumlahnya masih 1/3 dari Malaysia dan 1/2 dari Singapore (kunjungan tahun 2013: Indonesia 8.8 juta orang, Malaysia 25.72 juta orang, Singapore 15.6 juta orang). Menghadapi persaingan sektor pariwisata yang ketat dan ASEAN Economic Community 2015, tidak ada pilihan lain bagi semua pemangku kepentingan harus bergerak lebih cepat jika tidak ingin selalu tertinggal. Semoga...
Referensi:
- http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=16¬ab=14
- http://corporate.tourism.gov.my/research.asp?page=facts_figures
- https://www.stb.gov.sg/statistics-and-market-insights
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H