Mohon tunggu...
Jurnaliska Pena Ardini
Jurnaliska Pena Ardini Mohon Tunggu... Guru - Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Profesional and Persuasive for primary education, detail on do something. Critical thinking, creativity, anda dynamic.someone who interest for learning something new, and social issue. Having knowledge in Tecnology especially for Cybersecurity lisence by Cisco Netwoking Academy and Data Analyst.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Merdeka Belajar

21 Februari 2024   09:25 Diperbarui: 21 Februari 2024   09:34 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dewasa ini, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan  Kebudayaan Riset dan Teknologi menggaungkan pendidikan yang lebih inovatif melalui terobosan barunya yaitu Kurikulum Merdeka. Esensi dari hal tersebut dipandang sebagai rujukan rancangan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik. Diprakarsai oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Ristek dan Teknologi  Republik Indonesia yaitu Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. Tepatnya pada Jumat 11 Februari 2022 meluncurkan Kurikulum Merdeka dengan platform merdeka mengajar sebagai bagian dari pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini merupakan gagasan yang dinilai mampu memberikan kesempatan dalam pembelajaran yang relevan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan di Negara Indonesia. Hal tersebut merujuk pada tingkat pendidikan di Indonesia yang terbilang cukup rendah. 

Beberapa faktor yang berpengaruh pada mutu dan tingkat pendidikan diantaranya pada suasana Pandemi COVID 19 yang melanda Negara Indonesia pada rentang tahun 2019 hingga 2021. Suasana pembelajaran ditiap tingkatan pendidikan hampir dirasa mandek karena keadaan pandemik tersebut. Satu diantaranya yang sangat khas terasa adalah kegiatan pembelajaran yang terbilang hilang atau learning loss. Apalagi kegiatan belajar online yang kemudian dilakukan oleh anak-anak di daerah-daerah terpencil, dampaknya sangat lebih terasa karena keterbatasan akses dalam belajar selama pandemic tersebut. Dimana siswa diharuskan menjalankan kegiatan pembelajaran dengan sistem  belajar hybrid atau kolaborasi antara kegiatan online dan offline. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa belajar atau yang kita tandai sebagai learning loss. Kemudian data dari PISA atau Programme for International Student Assessment yang berada di bawah naungan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memberikan evaluasinya terhadap sistem pendidikan yang dilaksanakan di wilayah Negara Indonesia pada kurun waktu 20 tahun terakhir masih menunjukkan angka yang rendah. Dimana 70% siswa atau pelajar memiliki angka dibawah kompetensi yang harus dimilikinya. Hal ini menjadi evaluasi besar terhadap pelaksanakan kegiatan pembelajaran dalam dunia pendidikan Indonesia.

Dalam wacananya, kemdikbudristek memberikan gambaran bahwa melalui program pendekatan berdasarkan Kurikulum baru ini atau Kurikulum Merdeka. Akselerasi ketercapaian peningkatan mutu serta ketertinggalan proses pembelajaran dapat diatasi. Melalui Kurikum Merdeka, siswa diberikan kebebasan dalam menentukan jalur pendidikan mereka sendiri. Ini berkaitan dengan penguatan pendidikan berkarater, pendidikan yang berorientasi kepada siswa, pendidikan yang mampu memberikan ruang kreativitas bagi guru atau pendidik maupun siswa dalam kolaborasinya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang tidak kalah pentingnya, Kurikulum Merdeka memberikan ruang kepada siswa untuk menggali lebih dalam mengenai penghayatan dirinya dalam lingkup berbangsa dan bernegara yaitu melalui kegiatan profil pelajar Pancasila. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang dapat dinilai sebagai suatu khasan dalam dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini. Dimana menurut kemendikbudristek pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Merdeka dikemas sebagai wujud yang ringan tetapi memiliki bobot yang mencakup secara luas.

Salah satu dari wujud pembelajaran yang berbasis pada Kurikulum Merdeka, yaitu dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensasi. Dilihat dari asal katanya menurut KBBI diferensiasi merujuk pada proses pembedaan. Pembedaan yang dimaksud dalam konteks pembelajaran mengacu pada perbedaan pembuatan konten, pembedaan proses pembelajaran, serta pembedaan produk yang dihasilkan. Pembelajaran dengan menggunakan sistem diferensiasi ini mampu mengakomodasi setiap kebutuhan siswa. Hal ini berkaitan dengan berbagai sisi latar belakang yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Logikanya dalam satu ruang kelas terdapat  beberapa siswa yang belajar. Setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda mulai dari fisiknya, kondisi sosialnya, tingkat kognitifnya, gaya belajar yang dimilikinya, serta berbagai perbedaan lainnya. Ini dapat disikapi oleh para pendidik dengan mengimplementasikan pembelajaran dengan sistem diferensiasi. Maknanya, pembelajaran dengan diferensiasi ini mengakui adanya perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik sebagai sesuatu yang penting untuk dicermati untuk acuan dalam mengakomodasi kebutuhan belajar siswa tanpa memberikan ruang yang khusus atau mempersonalisasikan siswa karena perbedaan tersebut.

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi merupakan wujud dari inovasi pendidikan dengan menggunakan Kurikulum Merdeka. Dengan memberikan suguhan materi, konten, atau proses pembelajaran yang berbeda-beda dinilai mampu memngoptimalkan tujuan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Misalnya saja dalam materi atau muatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam satu kelas tidak mungkin semua siswa memiliki gaya belajar yang sama. Gaya belajar ini sendiri terdapat beberapa kategori. 

Ada siswa yang mampu menyerap pelajaran dengan gaya kinestetik atau dengan bergerak bisa diberikan direction melakukan praktik, kemudian siswa yang cenderung memiliki gaya belajar audio visual bisa dengan diberikan materi melalui tayangan video, selanjutnya jika siswa memiliki gaya belajar secara verbal mereka dapat dikelompokkan untuk membaca materi bergaya teks. Ini dapat disikapi oleh para pendidik sebagai upaya dalam memberikan pengajaran yang mengakomodir seluruh kebutuhan belajar siswa. Stigma pendidikan yang kurang memerdekakan peserta didik dapat diatasi dengan memberikan pelajaran dengan sistem atau elemen berdiferensiasi.

Adapun ciri dari pembelajaran dengan sistem berdiferensiasi sebenarnya berkaitan dengan eratnya kebutuhan belajar peserta didik. Ciri-ciri tersebut ialah pembelajaran berdiferensiasi haruslah flexibel proses pengajaran dan penilaiannya, selanjutnya pengelompokkan peserta didik sesuai dengan tingkatan kompetensi yang dimilikinya.

Pembelajaran berdiferensiasi menitikberatkan pada ketertibatan siswa secara mandiri dan aktif. Disamping itu manfaat dari pembelajaran yang menganut diferensiasi ini dapat ditandai dengan tingkat partisipasi peserta didik yang dominan, kemudian mempercepat perkembangan peserta didik, Meningkatkan pemahaman konsep siswa karena siswa dikelompokkan berdasarkan tingkatan kognisinya, menciptakan lingkungan yang inklusif, serta meningkatkan perkembangan keterampilan sosial yang dimiliki peserta didik. Merujuk pada penjabaran tersebut seyogyanya pembelajaran berdiferensiasi ini dapat menjadi wadah keterampilan siswa maupun guru dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun