Mohon tunggu...
Royke Kumowal
Royke Kumowal Mohon Tunggu... profesional -

Lulusan Sarjana S1 yang sedang melanjutkan studi S2 di Apollos Jakarta.\r\n\r\nAktif di Kompasiana dan menyukai dunia jurnalistik.\r\n\r\nPernah bekerja sebagai Reporter/ wartawan di PurnamaNews dan seorang citizen journalist.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dream Big, Dream High

29 Februari 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:45 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

YUSUF – BERANI BERMIMPI BESAR

“Inilah mimpiku : Semua saudara-saudaraku dan juga ayah ibuku akan bersujud dihadapanku”.

“Hahahahaha….. ada-ada aja ….. Mana mungkin ? Engkau itu anak kecil. Mana mungkin kami semua ini sujud kepadamu? Dimana-mana, yang lebih tua lah yang harus kau berikan sembah sujud.” “Aku adalah ayahmu. Mengapa aku harus bersujud dan menyembah kepadamu ?”

Ya, itulah mimpi seorang Yusuf ketika diceritakan kepada saudara-saudaranya dan ayah ibunya. Tak ada yang percaya hal itu akan terjadi. Tidak sampai sekian tahun kemudian.

Pada kala itu Yusuf masih sangat muda, tetapi dia mempunyai mimpi yang sangat besar dan dia berani menyatakan mimpinya tersebut  kepada orang-orang, yang  saya yakin dia tahu bahwa kalau dia mengatakan mimpi itu pada orang lain, sudah pasti saudara-saudaranya akan semakin membenci dan mencemooh dia, karena dalam pandangan saudara-saudaranya dia hanyalah seorang anak kecil. Mana mungkin saudara-saudaranya yang jauh lebih besar dari dia akan mau sujud padanya. Tidak ada yang percaya pada mimpinya,  bahkan termasuk ayahnya yang sangat menyayangi dia. Tetapi meskipun tidak ada seorang pun yang percaya padanya, dia tetap berpegang dan percaya  pada mimpinya. Dia tetap yakin mimpinya akan jadi kenyataan, walau entah kapan.

“Hey , kenapa aku dimasukkan ke dalam sumur ini ? Apa salahku ?” Mungkin itu yang ada dalam benak Yusuf ketika saudara-saudaranya memasukkan dirinya ke dalam sebuah sumur. Kalau kita yang ada dalam posisi Yusuf, mungkin kita akan menyerah dan tidak akan pernah berani lagi bermimpi sebesar itu. Tapi Yusuf tahu dan yakin bahwa tetap satu saat nanti mimpinya akan tetap terwujud, entah bagaimana caranya, karena kelihatannya saat ini dia sedang dibawa semakin jauh dari mimpinya.

“Aku dijual oleh saudara-saudaraku. Aku adalah orang buangan sekarang. Tidak ada orang yang kukenal di negri ini.” Sepertinya kehidupan Yusuf semakin jauh dari mimpinya. Mana mungkin ada seorang budak di negeri orang bisa disembah. Tapi Yusuf bukan orang yang lemah hati. Dia tetap pegang dan percaya mimpinya, dan dia tetap mengarahkan dirinya kepada mimpinya tersebut. Sehingga apa yang dilakukan olehnya ? Dia mengerjakan semua pekerjaannya dengan sangat baik dan ekselen. Dia tidak menyerah, dia tetap percaya bahwa mimpinya tetap akan terwujud satu saat nanti. Dan Tuhan menyertai dirinya, Dia membuat semua pekerjaan Yusuf menjadi berhasil, sehingga dia semakin disukai oleh orang-orang sekitarnya. Bagaimana dengan kita ? Apa yang kita lakukan ketika kita terpuruk ? Ketika kita sepertinya dibawa menjauh dari mimpi kita ? Apakah kita lepas mimpi kita dan kita ganti menjadi mimpi yang biasa-biasa saja ? Apakah kita jadi ‘ngambek’ dan tidak mau lagi bekerja dengan sungguh hati ? Atau kita seperti Yusuf tetap berpegang pada mimpinya dan terus mengerjakan semua pekerjaan dengan ekselen ?

“Aku adalah kepala pelayan sekarang. Bawahan-bawahanku memang tunduk kepadaku. Tapi bukan ini mimpiku.” Terkadang kita berhenti bermimpi ketika kita hanya ‘nyaris’ sampai pada mimpi kita. Kita lepas mimpi kita karena kita merasa sudah cukup dengan keadaan kita saat itu. “Posisi ini sudah nyaman. Kenapa aku harus maju lagi ?” Ketika kita berhenti bermimpi, kemajuan kita juga akan berhenti sampai di situ. Kembali ke Yusuf, kalau dia ingin tetap posisinya sebagai kepala pelayan, yang dia lakukan adalah melakukan semua permintaan tuannya, termasuk sang istri tuannya. Kita lihat apa yang dilakukannya ? Dia tahu kalau dia jatuh di situ, dia bukan lagi orang yang layak agar saudara-saudaranya bisa sujud kepadanya. Dia tahu dia harus mempertahankan integritasnya, sehingga dia lari dari tawaran yang sangat menggiurkan itu. Dan dia tahu, ketika dia lari, dia akan mengalami hal yang tidak mengenakan…. lagi. Dan ya, itu memang terjadi.

“Aku dipenjara. Dan ini adalah penjara bawah tanah. Betul-betul tempat orang buangan.” Dalam posisi ini, kita pasti akan berpikir, sudahlah…mimpi itu sudah pasti salah alamat, pasti seharusnya bukan aku yang dapat mimpi itu. It’s over now. Tapi sebenarnya apa yang terjadi ? Sebenarnya, Tuhan sedang membawa Yusuf semakin dekat pada mimpinya. Tuhan sudah merancangkan bagi Yusuf bahwa mimpi itu akan jadi kenyataan di tanah Mesir. Sehingga untuk membawa Yusuf ke tanah Mesir, tidak ada cara lain yaitu dengan membawanya dengan cara seperti ini. Sambil Tuhan melatih kesiapan Yusuf dalam perkara karakter dan skill yang akan sangat berguna baginya pada saat mimpinya jadi kenyataan. Kembali ke Yusuf lagi, apakah Yusuf menyerah ? Tentu saja kita tahu jawabannya. Tidak, dia tidak menyerah. Yusuf tetap dengan integritasnya, tidak peduli dia berada di tempat apa, dia mengerjakan semua pekerjaannya dengan ekselen. Dan kembali Tuhan menyertai Yusuf sehingga semua pekerjaan Yusuf menjadi berhasil, sehingga kembali dia disukai oleh orang-orang sekitarnya.

Ya, memang itulah yang akan terjadi ketika kita melakukan pekerjaan kita dengan ekselen. Dimana-mana semua orang mencari seseorang yang dapat mengerjakan segala sesuatu dengan ekselen. Apa itu ekselen ? Mengerjakan dengan ekselen, bukan hanya berarti kita mengerjakan untuk menjadi yang terbaik, tetapi berarti bahwa kita mengerjakan hal tersebut untuk kemuliaan Tuhan dan, meskipun yang menikmati hasil pekerjaaan tersebut adalah orang lain, dan bukan kita.

Yusuf harus menunggu sekian tahun lagi untuk akhirnya sampai kepada mimpinya. Dan tidak sedikitpun dia melepas mimpi besarnya tersebut. Dia terus berpegang pada mimpinya, dan mengarahkan dirinya dan imannya pada mimpinya itu. Sampai akhirnya hal itu benar-benar menjadi kenyataan. Semua saudara-saudaranya, termasuk ayah dan ibunya sujud menyembah dia, karena dia benar-benar menjadi penguasa di negeri tersebut.

Bagaimana dengan Saudara ? Apa mimpi saudara ? Jangan mau hanya bermimpi yang biasa-biasa. Mimpikan sesuatu yang besar. Kalau dalam mimpi saja kita takut, bagaimana Tuhan akan berikan mimpi itu kepada kita ? Tuhan tidak akan memberikan sesuatu kalau kita tidak siap untuk itu. Jadi siapkan diri kita dulu. Mulailah dari mimpi.

Kita tidak mungkin bisa meloncat melebihi mimpi kita. Kalau kita taruh mimpi itu hanya setinggi langit-langit, kita tidak akan pernah bisa meloncat lebih tinggi dari langit-langit. Jadi taruhlah mimpi kita itu setinggi-setingginya, lebih tinggi lagi, dan lebih tinggi lagi. Dan teruslah meloncat dan meloncat, dan ketika Saudara melekatkan diri pada Tuhan, sebetulnya Tuhan sedang membawa Saudara meloncat lebih tinggi lagi, lebih tinggi lagi, dan bahkan terbang untuk sampai kepada mimpi itu. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, itu sudah pasti. Bagi manusia mimpi setinggi itu sangat mustahil, tapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.

SEMUA DIMULAI DARI MIMPI

Tahukah Saudara bahwa orang-orang besar di dunia ini semua mengawalinya dengan mimpi ? Kita mungkin tidak akan pernah punya benda yang bernama lampu kalau Thomas A. Edison tidak pernah bermimpi bahwa ada satu benda yang bisa bercahaya yang bisa menerangi malam hari. Kita juga mungkin akan sulit bepergian ke luar negeri atau ke luar pulau kalau dahulu Wright bersaudara tidak bermimpi bahwa manusia bisa terbang. Dan mereka semua berani bermimpi besar, meskipun orang-orang menertawakannya, dan mereka terus mengarahkan diri mereka sampai mimpi mereka bisa terwujud. Hal itu mungkin tidak akan sebentar, mungkin bertahun-tahun baru mimpi itu bisa terwujud. Butuh 30 tahun buat seorang Bill Gates akhirnya bisa melihat mimpinya terwujud yaitu melihat setiap rumah memiliki ‘windows’.

1330495659635900640
1330495659635900640

TUHAN INGIN KITA SEMUA BERKEMBANG

“Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu!

Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.”(Yesaya 54:2,3)

Allah ingin kita berkembang, tidak diam statis, tapi kita terus mengembangkan diri kita dalam segala aspek. Lihat, bukankah Allah kita adalah Allah yang sangat baik ? Dan ketika kita melakukannya dengan ekselen dan kita berpegang terus pada mimpi kita, lihat, betapa baiknya Tuhan, dikatakan bahwa : “engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri….” Jangan tanggung-tanggung ketika kita mengerjakan sesuatu, kerjakan dengan sungguh-sungguh dan percaya bahwa Tuhan sedang melakukan bagian-Nya juga untuk membuat hidupmu “mengembang ke kanan dan ke kiri”.

TUHAN INGIN KITA MELAKUKAN PERKARA-PERKARA BESAR

Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar bijisesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, —maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.(Matius 17:20)

Dalam ayat ini jelas bahwa Allah ingin kita melakukan perkara-perkara yang besar, bukan hanya perkara-perkara biasa. Dia bukan berkata, “pindahkan kerikil ini” atau “pindahkan batu itu” atau “pindahkan pohon itu”. Tapi Allah berkata, “pindahkan GUNUNG itu”. Sesuatu yang besar, bukan sesuatu yang kecil. Sekali lagi bagi manusia itu mustahil, bagi Allah ? Tidak ada yang mustahil.

Juga perhatikan dalam Yohanes 14:12, di situ jelas sekali bahwa mereka yang percaya kepada-Nya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang pernah Yesus lakukan. Jadi sekali lagi sangat jelas bahwa ALLAH INGIN KITA MELAKUKAN PERKARA-PERKARA YANG BESAR.

KESIMPULAN

Jadi kesimpulan dari apa yang sudah dibahas di sini adalah, jangan takut untuk bermimpi besar. Bermimpilah besar, dan peganglah terus mimpi itu, jangan menyerah, dan kerjakan segala sesuatu dengan ekselen. Terus libatkan Tuhan dalam semua yang kita lakukan, maka Tuhan akan membuat semua pekerjaan kita itu menjadi berhasil. Mungkin butuh waktu lama dan kerja keras agar mimpi itu bisa terwujud, tapi percayalah ketika kita mengerjakan segala sesuatunya itu untuk Tuhan, dan bersama dengan Tuhan, jerih payah kita tidak akan sia-sia. (I Korintus 15:58)

Amin ! Tuhan memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun