DI salah satu daerah X, ada seorang wartawan senior yang hobi makan pisang. Dia selalu menyimpan pisang di tas agar bisa makan dimana saja dan kapan saja.
Kalau ke warung makan (bila persediaan pisang di tas habis), sebelum memesan nasi, dia pasti akan memastikan dulu apakah di tempat makan ini ada pisang atau tidak. Bila tidak ada pisang, maka dia mengurungkan niat untuk beli nasi.
Kebiasaannya ini membuat teman-teman wartawan lainnya senang pada anak ini. Terutama ketika tiba-tiba dia datang dengan membawa setandan pisang yang mungkin baru dibeli di pasar.
Semua teman-teman yang berkumpul di warnet pasti kebagian jatah pisang. Jadi, semua wartawan mengetik sambil mengunyah pisang.
Suatu kali, si wartawan A yang juga teman si wartawan pisang bertanya. “Bang, sehat ni kalau tiap hari kita makan pisang yak,” kata wartawan A.
“Yoi dong, apalagi pisangnya gratis, maksud eluww…” jawab si wartawan pisang sambil menoyor kepalanya.
Si wartawan A dan si wartawan pisang pun tertawa. Lalu, si wartawan A bertanya lagi. “Tapi, ngomong-ngomong, kenapa sih bawah pisang terus?”
“Ah elu, masa kagak ngarti manfaat pisang. Anak kampung mana sih luwww,” kata si wartawan pisang.
“Setahu gw, pisang sih makanan pencuci mulut, bang,” kata si wartawan baru itu.
“Nah elu tahu tuh. Tapi lebih dari itu manfaatnya cuyy. Orang yang kerja berat seperti kita, tiap hari di jalan, maka kita perlu makan pisang. Dia memberi energi, cuyyy. Kuat. Selain itu juga sehat,” jelas si wartawan pisang. “Makanya, gw tiap hari bawa. Kerja kan untuk sehat, bukan untuk sakit.”
Si wartawan baru lalu berpikir-pikir. Agaknya dia sepakat dengan si wartawan pisang. “Betul juga bang, yak. Cocok juga makan buah pisang dulu sebelum kita nunggu acara-acara press release.”