Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Taman Lalu Lintas Bandung Sekarang dan Tempo Doeloe

10 Mei 2015   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_416452" align="aligncenter" width="300" caption="tabel susunan tanda lalu lintas ciri khas Taman Lalu lintas Bandung (kredit foto Irvan sjafari)"][/caption]

Taman lalu Lintas Ade Irma Suryani di Kota Bandung adalah salah satu taman bermain untuk anak-anak tertua di Indonesia. Saya tiba di taman yang berlokasi di Jalan Belitung Kota Bandung itu pada 2 Mei 2015 lalu. Tiketnya seharga Rp6000 tergolong terjangkau untuk rata-rata warga Kota Bandung yang ingin membawa anaknya mendapat rekreasi murah. Bandingkan dengan tempat bermain lainnya di Kota Bandung ada Trans Studio yang tiketnya Rp 250 ribuan.
Bagi saya kunjungan ini nostalgia mengingat masa kecil bersama adik saya kerap dibawa orangtua atau bibi ke teman ini, menikmati bermain mobil-mobilan menelusuri jalan-jalan dan belajar taat terhadap rambu-rambu. Di salah satu sisi jalan taman terdapat Tabel Tambu Larangan ayng disusun, ada rambu-rambu petunjuk yang sudah diperbaharui. Tetapi di sisi lain ada rambu seperti wajib berlalu lintas bagi dokar, wajib becak, wajib pedati, hingga wajib bersepeda. Rambu-rambu ini tentunya menjadi barang langka di kota besar seperti Jakarta atau Bandung. Rasanya rambu-rambu ini peninggalan “tempo doeloe”.
Saya melihat ada arena permainan flying fox yang sederhana untuk anak-anak. Juga ada arena untuk main sepeda yang dipungut bayaran Rp5000/15 menit. Pengunjung juga bisa menyewa mobil-mobilan di arena yang bisa dibatasi. Seingat saya pada 1970-an ada mobil-mobilan yang bsia dikendarai anak-anak di jalan utama taman hingga kami bisa belajar mengenal rambu. Entah mengapa fasilitas itu lenyap. Gantinya adalah kereta keliling melalui jalan utama, selain jalan kereta api.
Nama-nama jalan juga unik. Ada jalan Mustafe Pane. Saya nggak yakin anak-anak Bandung sekarang tahu siapa itu Mustafa Pane, Inspektur Polisi di Keresidenan Priangan 1950-an bagian kriminal yang terkemuka. Lainnya Jalan Nusa Indah dan Jalan Mawar, loh mana jalan Nazaruddin sang penggagas Taman lalu Lintas? Saya beryukur masih banyak permainan anak-anak dan pengunjung tetap ramai. Sarana seperti musholah, kafetaria juga masih ada.

[caption id="attachment_416453" align="aligncenter" width="300" caption="mobil kereta keliling (kredit foto Irvan Sjafari)"]

14312423431940278087
14312423431940278087
[/caption]

Dibuka pada 1958
Taman ini dibuka pada Sabtu 1 Maret 1958. Harian Pikiran Rakjat yang terbit hari itu mengklaim bahwa taman ini sebagai satu-satunya Traffic Garden di Asia Tenggara. Motonya: bermain sambil belajar dan belajar sambil menghibur. Pembukaan taman ini mellaui sebuah upacara resmi yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat, Ipik Gandamana, Panglima Siliwangi Kosasih, Menteri PP dan K, kepala kepolisan negara dan sejumlah pejabat lainnya.
Sepasukan anggota keamanan lalu lintas memeriahkan upatjara dengan defile dan artisan murid-murid sekolah serta masjarakat Bandung memenuhi tempat sekitar taman. Pengguntingan pita dilakukan oleh Ipik Gandaman selalu Gubernur Djawa Barat.
Adjun Komisaris Nazaruddin tokoh polisi lalu lintas Bandung adalah orang pertama menemukan ide pembuatan taman itu Peletakan batu pertamanya pada 23 Maret 1956. Pembangunan taman ini menelan biaya Rp800.000. Dana didapatkan dari berbagai sumber seperti Kementerian PP dan K, Djawatan Kereta Api (DKA), PTT (badan telepon dan telegrap masa itu), PMI dan beberapa lembaga partikelir. Taman ini dibuka pada tiap hari kerja dari pukul 08.00 hingga 12.30m dan 16.00 hingga 18.30. Sementara Hari Minggu dan hari libur dibuka pukul 08.00 hingga 18.30. Harga tiketnya Rp 0,50 untuk anak di bawah 15 tahun dan Rp 1 untuk anak di atas 15 tahun.
Star Weekly 1 Maret 1958 menyebutkan bahwa pembangunan Taman Lalu Lintas di Bandung bertujuan agar anak-anak dapat mengenali dan mengetahui bahaya lalu lintas yang terdapat di jalan umum. …Selain itu terdapat djuga sebuah kantor pos ketjil, stasiun ketjil dengan kereta apinja, mobil ketjil, sepeda kanak-kanak, tempat musik, korsel, dan lain-lain jang dibuat serba ketjil …maksud dari ini semua ialah supaja anak2 tahu tjara bagaimana membeli perangko, menabung dalam kantor pos, membeli kartjis kereta api dan dapat menaiki kereta api dan dengan naik mobil2an mengenali tanda2 lalu lintas….

DKA memberikan sumbangan berupa kereta api kecil terdiri dari dua lokomotif dan beberapa keteanya. Pembuatan lok kecil ini dilakukan dalam bengkel di Yogyakarta dan dipimpin Ir. Soesilo. Untuk loknya telah dipakai lima buah jeep yang tidak terpakai. Mesin-mesin jip ini diromabk dengan daya penarik 40 PK dan dijalankan dengan bahan bakar bensin yang sebetulnya cukup untuk berjalan sejauh 6 km.

[caption id="attachment_416455" align="aligncenter" width="300" caption="berita bergambar taman lalu lintas pada 1958 (Kredit foto Star Weekly/repro Irvan sjafari)"]

14312424161516513391
14312424161516513391
[/caption]

Menurut Star Weekly edisi 1 Maret 1958 itu lagi pihak PTT menyumbang sebuah kantor pos dan kantor telepon dalam bentuk kecil. Dalam kantor pos disediakan semua alat-alat yang berhubungan dengan pos. Bank Tabungan pos juga tak ketinggalan untuk mengajarkan anak-anak ebrhemat dan ingat hari kemudian. Kantor telepon dilengkapi alat telepon yang dapat menyambung ke lin-lin yang tersebar luas dalam taman lalu lintas. Sehingga anak-anak tahu cara menggunakan telepon.
Sayangnya mungkin karena perubahan zaman- sarana-sarana seperti ini tidak tampak pada Taman Lalu Lintas sekarang. Mungkin karena sudah ada ponsel dan anak-anak sudah banyak yang tahu menggunakannya dan mungkin kantor pos tidak lagi berguna karena sudah ada email yang lebih efesien. Tetapi bukankah masih banyak terobosan lain bisa dilakukan untuk mendidik anak-anak sambil menghibur, dibanding membiarkan mereka berkeliaran di di tempat game online? Saya bersyukur bahwa taman ini tidak mati dan mudah-mudahan di atas taman ini tidak pernah jadi area komersial.

[caption id="attachment_416456" align="aligncenter" width="300" caption="berita bergambar taman lalu lintas 1958 (kredit foto Star Weekly repro Irvan Sjafari)"]

14312424991680841688
14312424991680841688
[/caption]

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun