Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review “L’appat”: Renungan dari Kisah Kriminal Remaja di Paris, Prancis

20 Maret 2014   01:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13952296691002479764

[caption id="attachment_327413" align="aligncenter" width="300" caption="Adegan dalam L"][/caption]

JudulFilm:L’appat (1995)

Sutradara:Bertrand Tavernier

Bintang:Marie Gillain, Olivier Sitruk, Bruno Putzulu, Phillipe Duclos, Clotilde Courau

Rated:***

Senin malam lalu saya menonton video L’appat, film Prancis yang saya pinjam dari Pusat Kebudayaan Prancis Salemba. Saya menonton film ini pertama kali pada 1996 dalam sebuh festival film Prancis.L’appat (judul Inggrisnya Fresh Bait atau bahasa Indonesia-nya berarti“UmpanSegar”)adalah salah satu film yang membuat saya jatuh hati pada film-film Prancis.

Saat ini yang membuat film ini menarik kembali untuk ditontonbagi saya adalah isi ceritanya ini sangat relevan mengamati apa yang terjadi pada remaja di kota-kota besar Indonesia saat ini.

L’appatdibuka dengan opening scene seorang Sales Promotion Girl (SPG) berusia 19 tahunbernama Nathalie Magnan(Marie Gillain)menumpangkereta api Metro Paris bersama seorang temannya bernama Karine.Mereka mendiskusikan isi sebuah majalah, antara lain angket seks, mode, barang bermerek, serta film.Natalie ingin sekali menjadi artis karena ingin meraup uang banyak dalam waktu singkat.

Cerita bergulir Nathalie tinggal di sebuah flat bersama kekasihnya yang sebaya Eric (Olivier Sitruk) dan seorang anak muda lainnya bernama Bruno ( Bruni Putzulu).Kedua teman pria Natalie terobsesi pada Amerika karena kerap menonton film yang diperankanAl Pacino, Kevin Costner, Steven Seagal, sertatayangan iklan yang sifatnya sebetulnya konsumtif.Mereka tergiur olehgayahidup orangAmerika (yang ada dalam film dan tayangan televisi).Di mata mereka ekonomi Amerika lebih baik dari Prancis. Mereka berhitung perlu 10 juta Francsuntuk modal awal hidup di Amerika dan membuka toko dan mengejar “American Dreams”, ingin hidup enak di Amerika.

Pertanyaannya : Dari mana mereka mendapatkan uang 10 Juta Francs? Eric, anak orang berada tetapi pengangguran. Begitu juga Bruno.Natalie kerja di toko dengan gaji kecil. Namun sebagai SPG, Natalie punya relasi orang-orang yang dianggap kaya.Jalan pintas : Nathalie dijadikan umpan menjebak relasinya (pria yang lebih tua ) yang dikenalNathalie itu dan mengajaknya ke apartemennya.Kemudian Natalie mempermudah akses bagi dua teman prianya untuk menyamar sebagai perampok.

Skenario yang dirancang jelas terinspirasi dari film.Aksi pertama Laurent gagal karena rumahnya dipasang kamera.Tetapi aksi kedua Antoine berhasil.Nathalie berhasil menjebakpengacara itu, Eric dan Bruno berhasil masukdan merampok.Tetapi apa yang terjadi? Pengacara itu hanya punya uang 2400 franc.Dalam perampokan sandiwara terbongkar karena Bruno menyebut nama Nathalie di depan korban.Akhirnya agar tidak terbongkar Antoine dibunuh. Adegannya dahsyat.Nathalie mendengarkan musik dengan headset karena tidak sanggup mendengar teriakan Antoine yang dianiaya kekasihnya dan kawannya itu secara mengerikan hingga tewas.

Korban kedua Alain Perez dijebak dengan cara yang sama.Nataliemenonton televisisementara Eric dan Bruno berlaku brutal.Seperti korban pertama mereka tidak banyak mendapatkan uang.Korban kedua ini bahkan mengetahui hubungan Eric dan Natalie menyebabkan dia juga dibunuh dengan cara keji.Akhirnya kado-kado Natal di rumah Alain pun dibongkar, sejumlah barang bermerek dirampas dan hasilnya 6000 franc.

Dua orang tewas. Tetapi ketiganya tidak tampak menyesal.Mereka menikmati kehidupan malam seperti clubbing dengan santai.Dalam L’appat diperlihatkanlatar belakang keluarga Natalie.Ayah dan ibunya bercerai. Sang Ibu menjadi single parentbagi Natalie dan adik perempuannya (yang kerap ditinggal karena harus mencari nafkah).Sementara ayahnyaada di negeri lain.

Tanpa mereka sadari polisi mulai melakukan penyelidikan.Sasaran mengarah pada Natalie yang menghubungkan para korban.Ketika itu Nathalie justru mendapatkan hadiah tiket dari ayahnya untuk mengunjunginya selama 10 hari. Tragis.Kalimat Nathalie ketika diinterogasi di kantor polisi menunjukkan betapa naifnya dia. Adegan yang suka. “Saya sudah mengatakan semua yang saya ketahui. Apakah saya bisa pergi natal ini? Saya ingin mengunjungi ayah saya!” cetusnya dengan muka yang polos, seolah-olah dia sudahbebas dari konsekuensi keterlibatannyadalam sebuah tindakan kriminal. .

Kekuatan film ini ialah pada plotnya, pada pameran utamanya Marie Gillain yang berhasil menghidupkan kharakter Nathalie. Berkat film ini aktris kelahiran Belgia 18 Juni 1975 ini memenangkan penghargaan dalam beberapa festival film pada 1990-an.

L’appat menggambarkan begitu kuatnya godaan konsumtif dari televisi dan media. Begitu kuatnya pengaruh acara televisi pada perilaku kekerasan dan gaya hidup.Begitu mudahnya seorang Nathalie yang polosmaunya membantu perampokan (disertai dengan pembunuhan)demi cinta pada kekasihnya. Mereka ingin punya uang dengan instan seperti apa yang mereka lihat di televisi.Mereka lebih cepat mengenal barang bermerek daripada berpikir dampak perbuatan mereka apalagi soal hukum. Boleh dibilang film ini menggambarkan realitas sosial kekecewaan kaum muda Prancis terhadap ekonomi negerinya.Sebuah adegan Nathalie kecewa hanya punya uang 100 francs dan sebagai perempuan muda yang harus naik kereta api Metro (bawah tanah), dilecehkan para pria cukup getir.

Film ini diangkat dari kisah kejadian nyata di negeri mode itu pada 1990-an. Para pelakunya sedang menjalani hukuman penjaraketika film ini dirilis pada 1995.Film ini secara tak langsungkerisauan terhadap kuatnya pengaruh Amerikanisasiterhadap kehidupan sosial Prancis juga mempengaruhi gaya hidup remaja yang menerimanya tanpa filter.Bukankah hal yangserupa jugaterjadi di Indonesia? Bukankah remaja di kota-kota besar tahu banyak soal barang bermerek daripadasejarah dan budaya bangsanya?Bukankah sudah menjadi perbincangan sepasang remaja membunuh dengan alasan demi cinta dan masih bisa senyum?

Irvan Sjafari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun