Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Film “Oshin”: Hidup Itu Kejam, tetapi Suatu Hari Kebahagiaan Datang

20 Januari 2014   12:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 7250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_317065" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Oshin (kredit foto Asian wiki)"][/caption]

JudulFilm: Oshin (2013)

Sutradara:Sin Togashi

Bintang:Kokone Hamada, Aya Ueto, Goro Inagaki, Pinko Uzumi

Rated:****

Seorang gadis kecil berjalan tertatih di hamparan badai salju.Kemudian masuk intro lagu yang membuat air mata langsung menetes, terutama bagi mereka yang punya hati. Badai salju metafora yang bagus menggambarkan pahit kehidupannya. Opening scene yang langsung mengingat pencinta serial televisi populer Jepang 1980-an berjudul sama: Oshindan diiringi soundtrack khasnya.

Oshin versi layar lebar ini fokus pada masa kecilnya ketika usianya 7-8 tahun.Dimulai dengan setting 1907 di suatu wilayah di Jepang, dara cilik itu diminta bekerja oleh ayahnya Sakuzo Tanimura karena saking miskinnya-digambarkan dengan baik lewat sebuah adegan hanya dapat pikulan beras yang minim.Anak sekecil harus berjuang untuk hidupnya.Adegan perpisahan ketika dia naik rakit mengarungi sungai lalu ibu Fuji Tanimura mengejar di pinggir sungai sudah cukup menyayat.Sang nenek-yang sayang padanya- memberikan sekeping uang disimpan dalam kalungnya agar bisa berguna kelak.

Oshin mulanya bekerjamenjadi baby sitter di sebuah rumah tangga.Di sini dia bernasib naas karena kepala pelayannya bersikap zholim, bahkan lebihmajikannya sendiri.Bukan saja dieksploitasi tetapi makanan yang diberikan kurang.Oshin kemudian diusir dari tempat majikannya karena dituduh mencuri uang.Uang dari neneknya disangka uang majikannya.

Mulailah petualangan Oshin sebenarnya.Dia kemudian ditolong oleh seorang deserter militer yang mengajarinya membaca.Oshin digambarkan cerdas dan cakap menangkap pelajaran. (Sebetulnya ada adegan di awal Oshin mencuri membaca dari buku di abwah anak tetangganya cukup member epsan pada penonton semangat Oshin belajar)Sayang sang Oshin harus pergi ketika mulai menemukan kebahagiaannya.Sang desertir tertangkap. Setelah sempat pulangOshin kemudian diterima bekerja di sebuah rumah tangga lainnya. Diceritakan itu terjadi pada 1908.

Di sini nenek dari rumah tangga itu Kuni (Pinko Izumi)bersikap bijak.Masalah bagi Oshin ialah anak gadis di rumah tangga itu bernama Kayo ( Manami Igashira) yang kurang suka padanya.Selain itu Oshin menemukan ibunya juga di kota yang sama dalam keadaan yang tidak diinginkannya.Namun cara Oshin menerima keadaannya dan tetap berjuang benar-benar menyentuh. Seperti nasehat Kuni, nenek di rumah tangga majikannya.

Hidup itu kejam. Kau harus menerimanya dengan lapang dada. Kelak suatu hari kebahagiaan akan kau raih.

Oshin adalah inspirasi. Dia tidak dendam terhadap kehidupannya. Suatu sikapyang mungkin tidak dipunyai setiap orang.Perjuangannya layak diberi applaus.

[caption id="attachment_317066" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu adegan dalam film Oshin (kredit foto www.programhiff.org)"]

1390196273180112832
1390196273180112832
[/caption]

Meski hanya fokus pada Oshin usia 7-8 tahun,film ini 80% menguras air mata.Seluruh adegan bagus dan tidak terbuang karena pandainya sang sutrdara memadatkan versi serinya ke layar lebar.Yang tidak pernah menonton serialnya pun akan memahami.Tetapi adegan favorit saya ketika Oshin diminta makan oleh majikan keduanya.Nasinya masih banyak (tidak seperti majikan pertamanya nasi sisa). Wajahnya menjadi cerah, tersenyum lebar dan dia mensyukuri nikmat yang didapatnya.Walau itu hanya nasi. Air mata saya pun jatuh berderai. Sekali sikap yang belum tentu dimiliki setiap manusia.

Poin yang terbesar saya berikan pada Kokone Hamada yang memainkan Oshin kecil dengan sangat baik.Gestur tubuhnya, mimik wajahnya begitu meyakinkan.Scene ketika dia memohon kerja hingga membuat Kuni (majikan keduanya) luluh membuat saya bergetar.Oshin hanya ingin hidup seperti layaknya manusia. Dia tidak iriterhadap orang yang ada di atasnya dan selalu bersemangat. Seperti pesan Achan, tentara yang desertir yang menemukannya di hamparan salju, sebelum tentara itu meninggal karena tertembak: Oshin kau harus tetap hidup (dalam sesulit apa pun).

Sinematografinya ciamik benar.Dominasi adegan bersaljupas dengan ruh film ini penuh perjuangan hidup.Kalau saya pribadi menangkap film ini dengan sudut pandangan lain: Oshin adalah Jepang yang gigih, ulettak pernah berhenti belajar. Itu sebabnya Jepang tidak bisa dijajah oleh bangsa Barat.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun