[caption id="attachment_378433" align="aligncenter" width="300" caption="Adegan dalam Attila Marcel (kredit foto Variety.com)"][/caption]
Dalam diskusi kecil di Kineforum pada 25 November lalu, mengenai Festival Sinema Prancis yang akan diselenggarakan 4 hingga 7 Desember 2014 antara lain dihadiri oleh Arnaud Miquel, Koordinator Bidang Audiovisual Institut Francais Indonesia,mengungkapkan bahwa Atilla Marcel salah satu film yang akan diputar dari delapan festival film merupakan tipikal film Prancis yang original, mulai ciri khas sinematografinya hingga joke-jokenya.Di mata sayafilm besutan Sylvain Chomet mengingatkan saya pada film-film Prancis bergenre sama, baik dari era 1960-an hingga kontemporer.
Judul Film:Attila Marcel (2013)
Sutradara:Sylvain Chomet
Bintang:Guillaume Gouix, Anne Le Ny, Bernadette Lafont, Hélène Vincent, Fanny Touron, Kea Kaing,
Rated:**
“Opening scene” film ini cukup mengecoh saya., seolah-olah dari sudut pandang kamera handycam, seorang laki-laki berjalan di trotoar dari belakang, diikuti seorang perempuan mendekat ke kamera menunjuk itu ayahnya. Bacaan di bagian kaos belakang punggung laki-laki itu cukup menunjukkan nama Sang Ayah Attila Marcel dan sekaligus memberitahu judul film. Belakangan saya baru tahu bahwa “opening scene” itu sudut pandang tokoh utamanya ketika masih bayi.
Adegan selanjutnya melompat ke sosok Paul (GuillaumeGouix)ketika berumur 30 tahunan. Dia tinggal di apartemen bersama dua tantenya Anna dan Annieyang dari perawakan dan pakaian serupa –seperti Thomson dan Thompson dalam komik Tintin Herge, tetapi bukan kembar (diperankan orang yang berbeda, yaitu Bernadette Lafont dan Helen Vincent). Paul tidak pernah bicara semenjak suatu kejadian di masa kecilnya.Paulterperangkap dalam rutinitas keseharian bermain piano dan kelas dansa yang diasuh tantenya.
Sampai suatu ketika Madame Proust tetangga yang esentrik mempekenalkannya dengan teh herbal bila dipadukan dengan musik menghidupkan kenangan pada masa lalu.Seperti detektif potongan-potongan masa lalu mirip seperti adegan pembuka menyingkap tabir apa yang sebenarnya terjadi.Seperti coretan pada tabularasa (papan tulis) yang ditindih coretan lain -tidak bisa dihilangkan tetapi tersembunyi di bawah sadar.
Dalam sebuah adegan Paul bayi melihat kebahagian ayah dan ibunya, lingkungannya, termasuk dua tantenya ketika masih muda, pada pandangan lain dia melihat ayahnya seperti menganiaya ibunya ketika dia menikmati musik dari tokoh-tokoh boneka berwujud hewan (mirip dengan Muppet Shows), adegan lain memupus itu bahwa ayah dan ibunya ternyata pegulat ala smack down ternama.Namun masalahnya belum selesai. Ada sebuah memori lagi yang membuka tabir sebab kematian ayah dan ibu Paul.
[caption id="attachment_378434" align="aligncenter" width="300" caption="Adegan dalam Attill Marcel (Kredit foto http://www.ft.com/)"]
Dua pertiga ceritanya alurnya lambat kalau saya tidak terbiasa menonton film Prancis akan tertidur. Munculnya tokoh Michelle, dara peranakan Tionghoa yang jago cello membuat film komedi ini lebih berwarna dan tokoh ini bukan tempelan, tetapi di akhir cerita merupakan tokoh penting:life must go on.Pada sepertiga terakhir Atilla Marcel memikat.Hampir seluruh pemainnya bermain natural seolah-olah kejadian di depan mata. Termasuk juga tokoh cameo, orang buta, direktur musik yang akan menguji Paul, bahkankehadiran anjing-anjing.Catatan menarik aktor utama Guillaume Gouix bermain dengan dua karakter sebagai Paul dan sekaligus Attila hanya dengan menambah janggut, tetapi bisa terlihat berbeda.Aplaus.
Unsur-unsur dekoratif dan artistik seperti rumah boneka , tahun 60-an gaya Francophone pop, serta tokoh kartun komikal ala acara TVMuppet Show ukuran raksasa yang saya singgung di atas meperkuat cerita menarik daripandangan anak kecil kelebihan lain Atilla Marcel. Juga dekorasi kebun sayur dalam ruang apartemen Madame Proust sungguh unik.Boleh saya bilang ini film fantasi komedi daripada drama komedi.
Adegan yang paling saya suka ketika Michelle dengan wajah tak berdosa di bangku taman bertanya pada Paul: Apakah kamu masih perjaka?
Irvan Sjafari
Kredit foto:
Jadwal tayang:
Jakarta
Metropole XXI
6 Desember 17.00
7 Desember 15.00
Bandung
Ciwalk XXI
7 Desember15.00
Jadwal selengkapnya:
http://ifi-id.com/festival-sinema-prancis-2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H