Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perang Lombok 1894: Pertempuran Sengit di Puri Cakranegara

1 Oktober 2016   17:36 Diperbarui: 1 Oktober 2016   17:53 6765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertempuran di Puri Cakranegara (kredit foto blogeightbal.blogspot.com)

Penulisan sejarah perlawanan kolonialisme Belanda di Indonesia, baik untuk pelajaran sejarah di sekolah-sekolah maupun sejarah nasional untuk buku baboon hanya menonjolkan perlawanan yang dianggap besar. Pada abad 19 ketika terjadi pembulatan (dan pembentukan) Hindia Belanda perang yang kerap disinggung ialah Patimura di Maluku 1817, Perang Padri di Sumatera Barat 1821-1837, Perang Diponegoro 1825-1830, Perang Banjar 1859-1862 (ada menulis sampai 1865), Perang Aceh 1873-1904 (ada yang menulis sampai 1914). Hanya lima perang yang diulas dalam banyak literatur (mungkin karena keterbatasan halaman menurut pengakuan sejarawan Sartono Kartodirdjo).

Sebagian lagi menambahkan Perang Sisingamangaraja di Tanah Batak 1878-1907, Perang Jagaraga di Bali (1846-1849), lebih sedikit menambahkan Perang Palembang sekitar 1819-1825, Sultan Taha di Jambi pada pertengahan tahun 1850-an, Raden Intan di Lampung hingga Perang Lombok 1894, hingga Puputan di Bali Selatan 1906-1908. Lebih jarang lagi yang mengulas perlawanan di daerah lain terutama di kawasan Indonesia Timur.

Dalam tulisan ini saya menulis sejarah militer ekspedisi Belanda di Lombok pada 1894 yang menurut cukup spektakuler. Perang di Lombok ini adalah sebagian dari catatan saya yang cukup lama tersimpan sejak saya kerap menjadi langganan di perpustakaan nasional sejak 1992 dan baru sekarang diungkapkan, karena lemari saya sudah penuh dan catatan di kertas mulai dan harus dikurangi, akhirnya saya tulis di blog Kompasiana ini. Ditambah dengan beberapa literatur lain agar bisa jadi cerita yang runtut.

Latar Belakang

Asal muasal Perang Lombok ini dirunut pada 1891 ketika terjadi pemberontakan dari masyarakat muslim Sasak di Lombok Timur terhadap penguasa Bali-Mataram, yaitu Anak Agung Gde Ngurah Karangasem. Pemberontakan ini kelanjutan pemberontakan sebelumnya pada 1855 dan 1871 terhadap penguasa Bali-Mataram. Akar masalahnya penguasa Bali-Mataram memaksa masyarakat Sasak mengumpulkan ribuan orang untuk membantunya menyerang seterunya Kerajaan Klungkung untuk memantapkan hegemoni di Pulau Bali.

Pada tanggal 25 Agustus 1891, putra penguasa Bali-Mataram yaitu Anak Agung Ketut Karangasem beserta 8.000 orang tentara untuk menumpas pemberontakan di Praya, yang termasuk wilayah Kerajaan Selaparang. Disusul pasukan kedua pada 8 September di bawah putra lainnya Anak Agung Made Karangasem berkekuatan 3.000 orang . Rupanya tentara menghadapi perlawanan gigih hingga datang lagi bantuan penguasa bawahan Karangasem, yaitu Anak Agung Gde Jelantik dengan kekuatan 1.200 orang pasukan elit untuk menuntaskan pemberontakan.

Tentara Bali-Mataram mempunyai persenjatannya lengkap dan didukung dua kapal perang modern, Sri Mataram dan Sri Cakra. Banyak desa yang memberontak dan mengelilingi kubu perlawanan Sasak yang terakhir. Pada 20 Februari 1894, warga Sasak mengirimkan utusan untuk meminta intervensi dan dukungan Belanda. Penguasa Belanda rupanya melihat kesempatan untuk memperluas kendali mereka di Hindia Timur. Bukan tanpa maksud untuk memihak Sasak. Demikian ringkasan latar belakang Perang Lombok yang saya ringkas dari Wikipedia dan beberapa sumber lain.

Operasi Militer

Buku karangan Dirk Teewuen berjudul Dutch Operations in Lombok pada 1894 dan sejumlah berita di Koran Bintang Barat 1894 yang saya temukan tidak sengaja mengungkapkan dahsyatnya pertempuran di Lombok dalam dua segmen, yaitu pada Agustus 1894 dan November 1894. Ternyata perlawanan tentara kerajaan Karangasem di Cakranegara tak kalah dahsyatnya dengan apa yang terjadi pada belahan lain di Nusantara yang lebih dari cukup diungkapkan dalam sejarah perlawanan terhadap kolonialisme.

Komposisi penduduk Lombok pada 1884 diperkirakan 650 ribu, 600 ribu orang Sasak dan 50 ribu orang Bali. Terdapat juga 6000 dari bangsa lain, Bugis (Melayu), Cina dan Arab. Penguasa Bali di Lombok mempunyai 6000 tentara , 2000 di antaranya dikirim dari Karangasem dipimpin Gusti Jelantik. Belanda tidak mengetahui bahwa tentara Bali sudah mempunyai senjata modern yang didatangkan dari Singapura dan terlatih menggunakannya, selain menggunakan tombak.

Ekspedisi tentara Belanda untuk meyerang Lombok berkekuatan 107 perwira dan 2268 orang, termasuk 1320 orang Eropa dan squadron kavaleri. Pasukan berangkat dari Semarang 30 Juni 1894 dan tiba di Ampenan 5 Juli 1894. Dua hari kemudian pasukan Belanda memasuki Ampenan tanpa perlawanan. Dia ditemui Gusti Jelantik, keponakan Raja Anak Agung Ngurah Karang Asem. Bangsawan ini rupanya memilih bergabung dengan pasukan Belanda dan menyatakan setia pada pasukan kolonial. Demikian mudahnya menaklukan penguasa Karangasem di Lombok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun