Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Jeniffer Lawrence Bukan Katniss tetapi Joy

6 Maret 2016   19:06 Diperbarui: 7 Maret 2016   08:22 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Adegan dalam Joy (kredit foto www.mirror.co.uk)"][/caption]

Joy Mangano  tokoh dalam film “Joy “sama tangguhnya dengan Katniss Everdeen “The Hunger Games” ketika dimainkan oleh seorang Jennifer Lawrence.  Bedanya kalau Katniss adalah kombatan perempuan yang berjuang melawan tiran di Amerika antah berantah masa mendatang, maka Joy Mangano adalah single parent yang berjuang  menghidupi dua  anaknya  dengan menjadi wiraswasta menghadapi rimba sistem kapitalisme yang tak kalah kejamnya.  Melihat aktingnya dalam film “Joy”,  saya kira memang pantas aktris kelahiran 15 Agustus 1990 menjadi nominator Oscar 2016.

“Joy” dibuka dengan adegan hitam-putih dari sebuah tayangan opera sabun di televisi,  yang ternyata adalah tontonan  ibu dari Joy.  Sang Ibu digambarkan seorang perempuan yang menghabiskan hari-harinya di tempat tidur, tak suka bersosialisasi di depan televisi.  Karakter Ibu seperti ini juga kritik bagaimana televisi membuat manusia menjadi asyik dengan dirinya sendiri, menjadi candu yang membuat orang tidak produktif.  Orangtua Joy  memang bercerai. Rudy ayahnya (Robert De Niro) memiliki usaha bengkel yang memberi isyarat bakat wiraswasta Joy mungkin menurun dari ayahnya.  Mereka tinggal di Long Island, New York,  Amerika Serikat.

Sejak kecil Joy kreatif ditujukan lewat adegan ia membuat replika, mulai dari pagar, rumah, pohon.  Lalu dia bertutur fantasinya tentang rumah yang dibangunnya dan ada pernyataan yang dahsyat : “Saya tidak butuh pangeran”.  Lalu cerita melompat ke Joy dewasa menjadi single parent setelah bercerai dengan suaminya Toni (Edgar Ramirez), seorang penyanyi yang kurang berhasil.   Uniknya keluarga ini dan kerelaan Joy menerima ayahnya yang sudah bercerai dari ibunya dan suaminya tinggal satu rumah.  Keduanya tingal di ruang bawah tanah. Awalnya keduanya bertengkar, namun Joy dengan entengnya membagi dua ruangan bawah tanah seperti garis demarkasi.  Tokoh lain yang tinggal di rumah itu adalah sang nenek yang menajdi penutur film ini.

Joy kemudian memutuskan menjadi pengusaha karena tanpa sengaja menemukan pel lantai dengan kain katun sepanjang 300 kaki dengan tangkai plastik, dilipat-lipat  dengan piawai, hasilnya pel yang membuat tangan penggunanya tidak basah, karena mudah dilepas dan dibersihkan denagn mesin cuci. Inspirasinya juga tanpa sengaja karena membuatkan boneka untuk anaknya dan dirancang lewat crayon juga milik anaknya.  Perjuangan Joy memasarkan produk itu tanpa rintangan mulai secara kaki lima di areal parkir, hingga memasarkan sendiri produknya  melalui televisi merupakan  sebuah  pertarungan yang tak kalah buasnya.  Kelicikan bisnis, persoalan paten, aturan hukum  merupakan kendala yang dihadapinya. 

Ketegaran Joy berhasil dimainkan dengan baik oleh Jeniffer Lawrence.   Joy adalah karakter perempuan mandiri  dan hebatnya mantan suaminya sebagai sahabatnya.  Film yang disutradarai David O Rusell ini menampilkan adegan yang tidak lebay.  Misalnya saja ketika Joy menerima kabar buruk melalui telepon, hanya menahan air matanya. Joy  memasarkan produknya di depan kamera denagn kegugupan begitu nmanusiawi dan terjadi di dunia nyata.  Joy hanya menusia biasa yang sempat terpukul lewat dialog dengan putrinya:  Dunia tidak memberikan peluang dan dunia menghancurkan!”  Joy  terus berjuang mengalahkan orang-orang yang curang lewat kejeliannya:  “Aku tak mau menghabiskan sisa hidupku menonton serial opera sabun  seperti ibuku! “  Joy bisa bertahan hidup di  rimba kapitalisme sebagai pemenang.

Joy Mangano adalah sosok nyata. Perempuan kelahiran 1956 ini  merupakan pengusaha sukses dengan Mircale Corps  pada 1990-an dengan lebih dari seratus produk kebutuhan rumah tangga.  Sutradara berhasil menghidupkan suasana 1960-an hingga 1990-an, sebuah dunia yang belum menegnal ponsel dan internet dengan baik.  Jangan  heran kalau  Tony merayu Joy muda lewat lagu something Stupid  untuk menyatakan cintanya.

Irvan Sjafari

 Adegan film Joy (kerdit foto Mirror.co.uk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun