[caption id="attachment_376122" align="aligncenter" width="300" caption="Para peserta Anglung Day memenuhi halaman Gedung Sate, Bandung (foto Irvan Sjafari)"][/caption]
Lagu “Hallo-hallo Bandung” terasa pas benar yang dimainkan sekitar tiga ribu pelajar dari tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga tingkat mahasiswa menyambut peringatan hari Angklung sedunia pada Minggu 16 November 2014 di halaman Plaza Gedung Sate, Bandung. Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan bertindak sebagai dirigen, skelaigus membuka acara kegiatan yang diikuti oleh 73 grub angklung, 17 tingkat TK hingga SD, 22 SMP, 25 SMA dan Sembilan tingkat perguruan tinggi.
Halaman Plaza Gedung Sate benar-benar seperti lautan angklung, dalam acara pembukaan para peserta memainkan enam buah lagu. Selain “Hallo-hallo Bandung, mereka menyanyikan lagu daerah “Alusia” sambil menari tortor, lagu “Janger” dari Bali komplit dengan gaya tari kecak di sela-sela lagu,lagu Beraksi dari Kotak, sambil beteriak Hey.. yang ada di sana “ hingga Lagu Bendera dari cokelat yang liriknya diganti : Angklung Indonesia teruslah berkibar…Padahal mereka baru dibriefing paginya dan bisa kompak. Rasanya pengakuan UNESCO angklung adalah bagian budaya Indonesia pada 16 November 2011 bagaikan gaung bersambut.
Melestarikan angklung berdasarkan pantauan saya sepanjang acara lebih banyak rasa optimisnya. Karena musik tidak hanya bisa memainkan irama musik tradisional seperti yang diperagakan grup angklung gubrag dari kampung adat Cigudeg, Kamp. Cipining, Cigudeg, Kab. Bogor- walau saya juga suka karena terdengar harmonis dengan tambahan tetabuhan, seperti berada di tengah alam- tetapi juga bisa memainkan lagu berbagai genre, seperti jazz, rock dengan tingkat kesulitan tinggi –seperti “Bohemian Rhapsody” dari Queen yang dibawakan oleh kelompok Saung Udjo dalam sebuah penampilannya- hingga lagu-lagu yang digemari kaum remaja.
SDN Cipinang 01 Jakarta, yang dijuluki Tim Kuda Laut mampu memainkan lagu old memory “sway” yang mendayu-dayu hingga Lagu “Garuda di Dadaku” dari Grub Band Netral membuka acara dengan baik. Sementara SD Santa Ursula Bandung, seperti mempertahankan citranya yang konservatif mempersembahkan satu lagu “Tanah Air” Ibu Sud- tetapi justru membuat saya menitikan air mata. Namun yang mencengangkan ialah Tim SDN Sukarasa Bandung yang mampu memainkan lagu soundtrack dari Frozen berjudul “let it Go”. Itu baru tingkat SD.
[caption id="attachment_376124" align="aligncenter" width="300" caption="adik-adik kecil SD Santa Ursula Bandung"]
Yang paling membuat heboh adalah tim angklung SMAN 3 Karawang dengan lagu “Sakitnya tuh di Sini” yang memaksa penonton ikut berjoget, serta lagu “Aku Rak Opo-opo”. Mereka tidak mau kalah dengan adik-adik meerka SMPN 3 Karawang yang memainkan lagu “Kopi Dangdut” dan “Dangdut Oplosan”. Tuan rumah SMA I BPI Bandung memainkan lagu “Warung Pojok” dan lagu Sakura dari Fraiz RM cukup luar biasa, disusul SMAN 4 lebih luar biasa dengan lagu “Expressi” dan “Rolling in Deep”dari Adelle, lagu yang cenderung easy listening dibawakan dengan stabil. Sementara pada lagu “Ekspresi” justru lebih ceriah.
[caption id="attachment_376123" align="aligncenter" width="300" caption="Tim angklung SMA BPI Bandung (kredit foto Irvan Sjafari)"]
[caption id="attachment_376125" align="aligncenter" width="300" caption="SMAN 3 Karawang, Jawa Barat Bergaya (foto Irvan Sjafari)"]
[caption id="attachment_376126" align="aligncenter" width="300" caption="Tim Angklung SMAN 24 Bandung (kerdit foto Irvan Sjafari)"]
Seakan tak mau kalah SMAN 15 membuat saya standing applause karena berhasil membawakan lagu “Waka-waka” (This Time for Africa), dengan aransemen yang tidak dipaksakan tinggi. Ketika saya Tanya pada dirijennya Safira, kelas 11 disebutkan bahwa itu sudah ditentukan pelatih dan disesuaikan dnegan suara vokalisnya. Mereka juga mampu memainkan “Panah Asmara”-nya Afghan.
Sayang hujan yang turus memotong beberapa penampilan, terutama dari perguruan tinggi dan berapa sekolah menengah. Namun yang membanggakan dari survey yang saya lakukan secera geriliya, ekskul angklung walau tidak diwajibkan seperti Pramuka pesertanya di setiap sekolah rata-rata puluhan anggota. “Angklung bukan hanya lagu Sunda, tetapi juga lagu yang gaul,” ujar Mira, siswi kelas 11 SMAN 24 Bandung di antara 42 teman-temannya.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H